BERITAUNGGULAN.COM, JAKARTA — Penanggulangan bencana menjadi salah satu fokus utama dalam kunjungan kerja Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia, Dato’ Seri Dr. Ahmad Zahid Hamidi, ke kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Senin (21/4/2025). Kunjungan ini dilakukan menjelang pertemuan resmi dengan Presiden RI, Prabowo Subianto.
Wakil PM Malaysia disambut langsung oleh Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, di lobi Graha BNPB. Dalam pertemuan tersebut, Suharyanto memaparkan strategi Indonesia dalam penanggulangan bencana. Ia menegaskan bahwa bencana memang tidak dapat dicegah, namun dampaknya dapat ditekan melalui mitigasi dan kesiapsiagaan yang berkelanjutan.
“Sebagian besar bencana di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi basah. Namun, kami juga terus waspada terhadap bencana geologi seperti gempa bumi dan letusan gunung api,” kata Suharyanto.
Ia mencontohkan penanganan sejumlah bencana besar, seperti gempa bumi di Cianjur, erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, dan banjir di kawasan Jabodetabek. Menyambut musim kemarau, BNPB juga telah menyiapkan langkah antisipatif, termasuk pembentukan satuan tugas untuk mengatasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Memasuki bulan Mei, kami sudah bersiaga menghadapi ancaman karhutla,” ujarnya.
BNPB juga terus mengembangkan sistem peringatan dini, antara lain melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP). Selain itu, kerja sama internasional diperkuat, termasuk dalam pembangunan ekosistem aksi dini bersama Pemerintah Spanyol.
Dalam konteks solidaritas kawasan, Suharyanto menyebut pentingnya kerja sama regional, termasuk antara Indonesia dan Malaysia dalam memberikan bantuan pascabencana, seperti saat gempa di Myanmar. Ia juga menyinggung arah kebijakan kebencanaan nasional yang tertuang dalam Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) 2020–2044.
Perkuat Kolaborasi ASEAN
Usai pertemuan, rombongan Wakil PM Malaysia meninjau AHA Centre dan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB. Mereka menyaksikan langsung sistem informasi dan koordinasi dalam penanggulangan bencana di Indonesia.
Zahid menyampaikan apresiasinya atas kesiapsiagaan Indonesia dalam menghadapi berbagai jenis bencana. Ia mengakui bahwa Malaysia memiliki tantangan yang berbeda.
“Bencana yang umum terjadi di Malaysia adalah banjir dan kebakaran. Alhamdulillah, kami tidak menghadapi risiko gempa atau letusan gunung berapi seperti di Indonesia,” ujarnya.
Ia menilai Indonesia memiliki pengalaman dan sistem yang dapat menjadi rujukan. Kerja sama kebencanaan yang telah terjalin sejak 1987, menurutnya, perlu ditingkatkan melalui program pelatihan bersama dan peningkatan kapasitas.
Zahid juga menyebut peran tim SMART Malaysia dalam misi kemanusiaan ke Turki dan Myanmar. Ia mendorong penguatan kolaborasi kebencanaan antarnegara ASEAN demi meningkatkan ketangguhan kawasan.
Dalam konferensi pers, Zahid menyatakan kekagumannya terhadap sistem manajemen bencana yang dijalankan Pusdalops BNPB dan AHA Centre. Ia berharap Badan Penanggulangan Bencana Malaysia (NADMA) dapat menjalin kemitraan yang lebih erat dengan kedua lembaga tersebut.
“Kesiapsiagaan kolektif sangat penting. Bencana datang tanpa diduga. Meski kita punya teknologi dan sistem peringatan dini, yang paling utama adalah manajemen bencana yang holistik dan proaktif,” ujarnya.
