Beras

Cetak Lahan Pertanian Solusi Utama Mengatasi Defisit Beras di Indonesia

BERITAUNGGULAN.COM, BOGOR — Petani padi merupakan pelaku utama dalam mewujudkan ketersediaan beras di Indonesia, melalui petani padi kebutuhan beras untuk seluruh rakyat Indonesia bisa terpenuhi dengan baik. Namun, petani padi dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang rumit, tak jarang permasalahan ini justru menyebabkan kerugian yang besar bagi mereka.

Kesulitan klasik dari para petani padi adalah masalah permodalan, biaya menanam padi sering menjadi masalah umum bagi petani, apalagi jika petani padi mengalami gagal panen karena kendala alam atau serangan hama penyakit tanaman, termasuk juga harga gabah biasanya selalu turun jika panen raya tiba.

Kesulitan lainnya yang dihadapi petani di Indonesia adalah ada 14 juta rumah tangga petani hanya memiliki lahan lebih kecil atau kurang dari 0,5 hektare. Rata-rata kepemilikan luas lahan petani padi di Indonesia mencapai 0,8 hektare, angka ini masih kalah jauh jika dibandingkan dengan kepemilikan lahan sawah di Jepang 1,57 hektare, Korea Selatan 1,46 hektare, Filipina 2 hektare dan Thailand 3,2 hektare.

Data BPS tahun 2021 menjelaskan bahwa alih fungsi lahan sawah secara nasional bervariasi antara 60.000 hektar sampai 80.000 hektar per tahun. Data sawah yang sudah dipetakan seluas 7.463.987 ha melalui Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No. 686/SK-PG.03.03/XII/2019. Data sawah inilah yang digunakan untuk semua lembaga dan pemerintah daerah di Indonesia.

Dari banyaknya permasalahan petani maupun tantangan yamg dihadapi pemerintah, bahwa kebijakan cetak sawah adalah sebagai solusi utama dalam mengatasi defisit beras, karena luas lahan pertanian di Indonesia setiap tahun selalu berkurang, di sisi lain mengenai jumlah penduduk selalu bertambah, diprediksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2045 sebamyak 320 juta jiwa. Sehingga program cetak sawah sebuah kebijakan yang harus diambil  Pak Prabowo Subianto  sebagai Presiden RI Ke-8.

Cetak lahan pertanian atau ekstensifikasi dalam pertanian adalah sebagai sebuah upaya pemerintah dalam perluasan lahan pertanian, perluasan bisa diambil dari lahan hutan, padang rumput, lahan gambut atau bentuk-bentuk lain seperti dari lahan marginal, perluasan lahan bisa dijadikan lahan sawah yang memiliki irigasi atau bisa dijadikan lahan kering

Hasil panen gabah dari petani padi dengan luas lahan sawah 7,4 juta ha tentu untuk kedepannya sudah tidak tercukupi lagi untuk memproduksi beras jika lahan sawah tidak diperluas karena jumlah penduduk akan selalu bertambah. Saat ini jumlah penduduk Indonesia sudah 280 juta jiwa yang diprediksi tahun 2045 berjumlah 320 juta jiwa.

Menurut data BPS produksi beras di Indonesia tahun 2023 sebanyak 30,90 juta ton. Jika kita perhatikan data menurut United States Department of Agriculture (USDA) mengatakan bahwa Indonesia adalah negara urutan ke-4 terbanyak mengkonsumsi beras di dunia sebanyak 35,3 juta ton, urutan pertama adalah Cina sebanyak 112,5 juta ton, kemudian urutan kedua adalah India sebanyak 112,5 juta ton dan ketiga adalah Banglades sebanyak 37,6 juta ton.

Adanya kebijakan impor yang diambil oleh pemerintah adalah solusi praktis hanya saja untuk jangka panjang sangat beresiko. Kebutuhan konsumsi beras per bulan secara nasional diperkirakan sekitar 2,5 sampai 2,7 juta ton, sehingga ekstensifikasi adalah solusi utama untuk meningkatkan produksi beras, jika tidak maka impor beras setiap tahun akan selalu bertambah.

 

Penulis :

Tonny Saritua Purba, SP

Sekjen Forum Asta Cita Indonesia