BERITAUNGGULAN.COM, Bogor – Kementerian Agama (Kemenag) terus berinovasi dalam meningkatkan layanan bagi jemaah haji Indonesia. Pada penyelenggaraan haji tahun 2025, Kemenag akan memperkuat penerapan kebijakan murur serta memperkenalkan skema baru yang disebut tanazul. Inovasi ini diharapkan dapat mengoptimalkan pergerakan jemaah serta meningkatkan kenyamanan selama fase-fase penting haji.
Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Bogor, Kamis (10/10/2024), sejumlah pihak terlibat dalam diskusi mengenai penyusunan kebijakan dan rencana kerja haji di Arab Saudi. Hadir dalam acara ini antara lain Kasubdit Katering Haji, Sutikno, Kasubdit Transportasi Darat, Mujib Roni, Chief Operating Officer BPKH Limited, Iman Ni’matullah, serta perwakilan dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, dan Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung.
Menurut Direktur Layanan Haji Luar Negeri, Subhan Cholid, kebijakan murur yang telah diterapkan pada haji 2024 akan diperkuat lagi pada 2025. “Kami akan terus mengoptimalkan skema murur untuk memperlancar pergerakan jemaah dari Arafah menuju Mina melalui Muzdalifah,” jelas Subhan.
Murur sendiri merupakan sistem mobilisasi yang memungkinkan jemaah bergerak langsung dari Arafah ke Mina melalui Muzdalifah tanpa berhenti, sehingga mengurangi kepadatan di Muzdalifah. Pada haji 2024, skema ini sukses memindahkan lebih dari 50.000 jemaah dengan cepat, dan pergerakan selesai sebelum pukul 07.37 waktu Arab Saudi.
Selain itu, Kemenag juga memperkuat skema safari wukuf yang telah diterapkan bagi jemaah lansia dan penyandang disabilitas. Skema ini memberikan kemudahan bagi jemaah non-mandiri untuk melaksanakan wukuf di Arafah tanpa harus melalui perjalanan fisik yang melelahkan. “Layanan ini sangat membantu jemaah lansia dan difabel agar tetap bisa menjalankan manasik dengan baik dan nyaman,” tambah Subhan.
Inovasi besar lainnya adalah penerapan skema tanazul. Skema ini dirancang untuk mengurangi kepadatan di tenda Mina selama fase mabit. Jemaah yang menginap di hotel dekat area jamarat dapat kembali ke hotel setelah melaksanakan kewajiban mabit, sehingga menghindari kerumunan di tenda Mina yang sering kali penuh sesak.
“Dengan skema tanazul, jemaah yang hotelnya berlokasi di dekat jamarat bisa kembali ke hotel untuk beristirahat setelah memenuhi syarat mabit,” ujar Subhan. Kemenag juga tengah merencanakan penyediaan katering bagi jemaah yang menggunakan skema ini, agar kenyamanan dan kebutuhan mereka tetap terjamin selama fase mabit.
Kemenag berharap berbagai inovasi ini dapat memberikan kenyamanan lebih bagi jemaah haji Indonesia sekaligus menjaga pelaksanaan ibadah haji tetap sesuai dengan syariat dan kaidah manasik yang berlaku.