Achmad dan Wakaf Cinta untuk Istri Tercinta

BERITAUNGGULAN.COM, CIMAHI — Di usia senjanya, Achmad (76 tahun) masih tampak bugar. Namun, ada satu hal yang sulit ia sembunyikan: rasa sepi yang mendalam. Sejak satu tahun lalu, istrinya yang tercinta berpulang ke rahmatullah, meninggalkan rumah yang dulu terasa hangat di Cimahi, kini menjadi sunyi.

Walau ada seorang asisten rumah tangga yang membantunya, Achmad tetap merasakan kekosongan. Anak-anaknya telah berkeluarga dan tinggal di kota lain, membuat hari-harinya semakin terasa hening. Dalam kesendiriannya, Achmad menemukan satu cara untuk tetap merasa dekat dengan istrinya: berwakaf setiap bulan, seperti yang dulu sering mereka lakukan bersama.

Wakaf yang Tak Pernah Terhenti

 Dulu, Achmad dan istrinya adalah pasangan yang gemar berwakaf di Daarut Tauhiid. Setiap ada kesempatan, mereka berdua datang bersama, menyerahkan sebagian harta mereka untuk kepentingan umat. Kini, meski istrinya telah tiada, Achmad tetap melanjutkan kebiasaan itu—tetapi kali ini, ia meniatkan pahalanya untuk sang istri tercinta.

“Dulu kami sering ke sini berdua, tapi sekarang saya datang sendiri. Walaupun kami sudah berbeda alam, saya ingin tetap memberikan sesuatu untuknya,” ujar Achmad dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

Bagi Achmad, wakaf bukan sekadar amal jariyah, tetapi juga bentuk cinta yang tak lekang oleh waktu. Dengan berwakaf atas nama istrinya, ia merasa masih bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat untuknya, meskipun dalam bentuk yang berbeda.

“Saya ingin dia terus mendapatkan pahala, meskipun sudah tidak ada di dunia. Semoga wakaf ini bisa menjadi aliran kebaikan yang terus mengalir untuknya di alam sana,” tuturnya penuh harap.

Datang ke Daarut Tauhiid, Menemukan Kedamaian

 Setiap bulan, Achmad menyempatkan diri untuk datang langsung ke Daarut Tauhiid. Baginya, tempat ini bukan sekadar lokasi berwakaf, tetapi juga tempat yang penuh kenangan.

“Saat saya ke sini, saya merasa lebih tenang. Saya ingat dulu kami sering berjalan berdua di halaman masjid, berbicara tentang banyak hal. Sekarang saya sendiri, tapi saya percaya, cinta saya untuknya tetap ada,” ujarnya.

Meskipun sudah memasuki usia lanjut, Achmad tetap berusaha menjaga kebugarannya agar bisa terus datang ke Daarut Tauhiid. Bagi dirinya, berwakaf adalah bentuk cinta yang tak terputus, ikatan spiritual yang tetap menyambung meski jarak antara dunia dan akhirat telah memisahkan.

Di tengah rasa sepinya, Achmad menemukan cara untuk tetap mencintai—bukan dengan air mata, tetapi dengan amal yang terus mengalir. Wakafnya adalah doa, baktinya adalah pahala yang tak pernah putus. Dan di dalam hatinya, istrinya tetap hidup dalam setiap sedekah jariyah yang ia niatkan. (Cahya)

 Dok. Foto: Daarut Tauhiid