Angkat Mitologi Sangkuriang, Mahasiswa Film UPI Mengkritisi Kebijakan Pemerintah Lewat Teater Kota Kata Kita

BERITAUNGGULAN.COM, BANDUNG – Program Studi Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) kembali menggelar pertunjukan teater mahasiswa bertajuk “Kota Kata Kita” yang keenam. Pertunjukan yang merupakan tugas akhir mata kuliah dramaturgi ini menghadirkan interpretasi baru atas kisah Sangkuriang untuk menyoroti isu-isu sosial politik kontemporer di Indonesia.

Mengambil durasi 90 menit, pertunjukan yang digelar oleh mahasiswa angkatan 2024 ini menawarkan perspektif segar dalam membaca mitologi Sangkuriang sebagai cermin ketidakadilan sosial di masyarakat. Para mahasiswa semester pertama ini berhasil mengemas kritik tajam terhadap berbagai kebijakan pemerintah melalui narasi klasik yang dimodernisasi.

Dedi Warsana, penggagas acara, mengungkapkan keberhasilan para mahasiswa dalam menghadirkan pertunjukan yang bermakna, meskipun sebagian besar dari mereka baru pertama kali bersentuhan dengan dunia teater.

“Seluruh mahasiswa terlibat dalam pertunjukan ini, mulai dari naskah sampai pemeran semuanya dari mahasiswa. Dan mahasiswa ini baru pertama kali bermain teater, bahkan mungkin mengenal dunia teater,” jelasnya.

Alur cerita yang disajikan menghadirkan twist menarik dari kisah Sangkuriang klasik. Setelah kegagalannya membangun perahu bersama Guriang untuk meminang Dayang Sumbi, Sangkuriang tidak berhenti pada kekecewaannya. Ia justru dibawa Guriang menyaksikan realitas kehidupan masa kini, di mana berbagai bentuk ketidakadilan sosial, kekerasan, dan penyalahgunaan kekuasaan terjadi tanpa konsekuensi yang setimpal.

Hery Supiarza, Ketua Program Studi Film dan Televisi UPI, menekankan pentingnya pengalaman berteater bagi mahasiswa film.

“Teater ini adalah salah satu dasar pemeranan yang harus diketahui dan dialami oleh para calon pembuat film. Kami ingin mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga merasakan bagaimana berperan di atas panggung, berinteraksi dengan karakter, dan menciptakan emosi yang mendalam, yang akan sangat berguna dalam dunia perfilman,” paparnya.

Pertunjukan ini menunjukkan bagaimana sebuah kisah mitologi dapat direkonstruksi menjadi medium kritik sosial yang relevan. Para mahasiswa berhasil menghadirkan paralelisme antara kekecewaan personal Sangkuriang dengan berbagai ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia kontemporer. Mulai dari isu penegakan hukum yang tidak adil hingga penyalahgunaan kekuasaan, semuanya dikemas dalam narasi yang mengalir dan mudah dipahami.

Melalui mata kuliah dramaturgi, mahasiswa tidak hanya belajar tentang teknik pemeranan, tetapi juga diberi ruang untuk mengekspresikan pandangan mereka terhadap berbagai isu sosial-politik. Pertunjukan ini menjadi bukti bahwa seni teater bisa menjadi instrumen yang efektif dalam menyuarakan kritik sosial sekaligus menjadi laboratorium pembelajaran bagi mahasiswa film dalam memahami esensi pemeranan dan penciptaan karakter.

Keberhasilan pertunjukan ini juga menunjukkan bahwa Program Studi Film dan Televisi UPI berhasil mengintegrasikan pembelajaran teknis dengan kesadaran sosial. Para mahasiswa tidak hanya dibekali kemampuan berkesenian, tetapi juga kepekaan terhadap isu-isu sosial yang menjadi tantangan bangsa Indonesia saat ini.

Perpaduan antara mitologi lokal dengan isu kontemporer dalam pertunjukan ini memberikan bukti bahwa warisan budaya dapat menjadi medium yang relevan untuk membaca dan mengkritisi realitas sosial. Teater Kota Kata Kita telah membuktikan diri sebagai wadah kreativitas sekaligus ruang diskusi publik yang mempertemukan tradisi dengan kritik sosial kontemporer.

Rep: Fadlan dan Sarah

Editor: Iman

Foto: Hery Udo & HMFT UPI