Di Thailand, UNISA Bandung Bekali Siswa Menjadi Pendamping Sebaya untuk Kesehatan Mental

BERITAUNGGULAN.COM, BANDUNG (unisa-bandung.ac.id) —  Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Bandung terus memperluas kiprahnya di ranah internasional melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang dilaksanakan di Eakkapap Sasanawich Islamic School, Krabi, Thailand, pada 20–23 Mei 2025. Mengangkat tema “Mental Health Awareness for Students: Building Peer Support and Empathy”, para siswa diperkenalkan pada pentingnya kesehatan mental dan peran teman sebaya sebagai pendamping yang suportif.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian internasional yang dirancang oleh tim dosen UNISA Bandung: yaitu Dr. Ami Kamila, S.ST.,M.Kes., Anita Yuliani, S.ST.,M.KM.,Bdn., dan Rahmania Almira Fitri, S.Ds.,M.Ds. Dalam pelaksanaannya, Dr. Ami hadir secara langsung ke lokasi untuk menyampaikan materi edukasi.

“Siswa punya peran penting di lingkungannya. Kami ingin mereka jadi teman yang bisa mendengar dan mendampingi, bukan sekadar tahu teori,” ujar Dr. Ami, Senin (16/6/2025).

Belajar Mendampingi Teman, Bukan Menghakimi

Meski singkat, sesi edukasi berlangsung dalam suasana yang interaktif dan hangat. Para peserta dikenalkan pada berbagai tanda awal gangguan mental seperti stres, kecemasan, dan perasaan tertekan. Mereka juga berdiskusi tentang bagaimana menjadi pendengar aktif tanpa menghakimi.

Visualisasi melalui gambar dan media presentasi menjadi alat bantu utama dalam menjelaskan konsep-konsep abstrak kepada peserta yang sebagian besar tidak bisa berbahasa indonesia maupun inggris.

“Karena keterbatasan bahasa, kami banyak mengandalkan ilustrasi dan ekspresi. Tapi justru karena hal itu muncul kedekatan dan interaksi yang hangat,” ujar Dr. Ami.

Untungnya, pemberian edukasi ini mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah, termasuk seorang guru lokal yang secara sukarela menjadi penerjemah. Bantuan ini sangat membantu kelancaran kegiatan dan menjadi jembatan komunikasi antara fasilitator dan peserta, memastikan pesan tersampaikan dengan baik.

Antusiasme peserta terlihat dari keterlibatan mereka dalam diskusi dan respons terhadap materi. Beberapa siswa bahkan secara bergantian menjawab pertanyaan dan memberikan pendapat selama sesi edukasi berlangsung.

“Topik mental health sering dianggap tabu, apalagi di lingkungan sekolah. Tapi para siswa membuktikan bahwa mereka terbuka dan siap belajar,” tambahnya.

UNISA Bandung Dorong Siswa Menjadi Agen yang Empati pada Sesama

Kegiatan ini juga menjadi bagian dari misi UNISA Bandung dalam memperkuat kontribusi akademisi Indonesia dalam pengabdian lintas negara yang berbasis nilai kemanusiaan secara holistik dan berkelanjutan.

“Kami percaya bahwa membangun kapasitas remaja lintas negara dalam hal kesehatan mental adalah investasi jangka panjang untuk dunia yang lebih sehat dan inklusif,” ujar Dr. Ami.

Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa kepedulian terhadap kesehatan mental dapat dimulai dari hal-hal kecil, seperti menjadi pendengar yang baik. UNISA Bandung berharap, langkah kecil ini menjadi awal dari gerakan yang lebih luas dalam membangun generasi remaja yang peduli, empati, dan siap menjadi agen kebaikan di komunitasnya.

“Dari ruang kelas sederhana di Krabi, meski melalui sesi edukasi yang singkat, kami melihat mata-mata yang terbuka dan keinginan untuk saling peduli. Itu cukup membuktikan bahwa edukasi, sekecil apa pun, bisa menggerakkan hati,” tambahnya. [ ]

Dok foto: Unisa Bandung