KH Athian Ali

FUUI: Kecurangan dan Money Politics Menghalangi Indonesia Menjadi Negeri yang Diberkahi

BERITAUNGGULAN.COM, BANDUNG – – Tinggal dan hidup di negeri yang diberkahi dan diridhai Allah Swt adalah cita-cita dan harapan kita semua. Dan itu hanya akan terwujud, jika penduduk negeri beriman dan bertakwa ( QS Al A’raaf 96 ). Demikian disampaikan Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) KH. Athian Ali M.Dai

 

Bahkan di QS Ath Thalaq ayat 2 dan 3, kepada setiap yang beriman dan bertakwa Allah SWT menjanjikan akan memberi jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi, serta melimpahkan rezeki dari arah yang tidak pernah diduga sebelumnya,”jelas KH Athian.

 

Menurutnya, dari kedua ayat ini sudah sangat jelas bahwa kehidupan sebuah negeri hanya akan diberkahi dan diridhai Allah manakala pemimpin dan rakyatnya beriman dan bertakwa.

 

Hakikat hidup  dalam wujud  lillahi Rabbil ‘aalamiin, semata-mata menggapai ridha Allah, tuhan semesta alam, sebagai tujuan utama dalam menjalani hidup dan kehidupan ( QS Al An’aam 162 )

 

Sementara itu,  untuk menggapai ridha Allah tersebut haruslah ditempuh dengan syariat  ( jalan ) yang benar sesuai yang Allah SWT tetapkan langsung lewat firman-Nya maupun yang ditetapkan Allah SWT lewat sabda, perbuatan dan ketetapan Rasul-Nya.

 

Mustahil pastinya. sebuah negeri akan diberkahi dan diridhai Allah sementara penduduknya terlebih lagi jika para pemimpin negeri tersebut baik yang di eksekutif maupun yang di legislatif memperoleh jabatan dengan cara yang dimurkai bahkan dilaknat Allah. Misalnya memperoleh jabatan dengan melakukan kecurangan ( QS Al Muthaffifiin 1 ) yang terstruktur, sistematis dan massif (TSM) ,” ia mencontohkan.

 

Terlebih lagi, bila selain berbuat curang, juga melakukan sogok menyogok untuk bisa terpilih atau memenangkan pilkada, pileg bahkan pilpres. Padahal dalam hadits begitu kerasnya ancaman Allah kewat sabda Rasul-Nya :  “Laknat Allah atas setiap orang yang memberi suap dan yang menerima suap”. (HR.Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah.)

 

Sudah menjadi rahasia umum,  jika  di negeri ini acapkali  terjadi berbagai kecurangan untuk memperoleh jabatan dalam berbagai skala kepemimpinan baik di daerah maupun di tingkat nasional. Begitu pula  dengan berbagai ragam tindak pidana korupsi, kolusi, nepotisme, penggusuran tanah rakyat, manipulasi dan berbagai hal kriminal lainnya ,sehingga karenanya  sangat mustahil kiranya negeri ini memperoleh rahmat, berkah dan ridha Allah SWT.

 

Namun sebagai orang yang beriman, kita tidak boleh pesimis terlebih putus asa.  Kita harus tetap optimis, selama tentunya kita semua terus berupaya secara optimal melakukan perbaikan dan perubahan menuju negeri yang diberkahi tersebut,”ajaknya.

 

Tidak tertutup kemungkinan ada  yang berpendapat, bukankah banyak negeri yang mayoritas penduduknya kafir dengan  kehidupan yang bergelimang maksiat dan kemunkaran, namun  secara lahiriyah rakyatnya hidup dalam kesejahteraan dan kemakmuran?

 

Hal yang perlu disadari dan diyakini setiap mumin, bahwasanya diantara sekian banyak sifat Allah terdapat sifat-Nya yang  Ar Rahmaan ( Maha pengasih ) terhadap segenap makhluk-Nya tanpa pilih kasih karena Allah Robbul ‘aalamiin  ( tuhan semesta alam) bukan hanya Tuhan orang-orang mumin saja. Karenanya, setiap orang yang berusaha mencari sebab di dunia ini, ia berhak memperoleh sifat Maha pengasih Allah kendati yang bersangkutan kafir sekalipun.

 

Namun tentunya hanya orang mumin saja yang bila berusaha disamping berhak memperoleh  sifat Maha pengasih juga sifat Maha penyayang Allah SWT. Dengan kata lain, bukan hanya meraih keberhasilan dan kesuksesan semata, tapi juga keberkahan  dan ridha Allah Swt.

Solusi untuk itu, semua pihak khususnya umat Islam dan para Ulama harus berupaya optimal melakukan perubahan.

 

Pertama, tentunya dengan menjadikan ridha Allah Swt sebagai tujuan utama hidup dengan istiqamah di shiratal mustaqiim, menempuh jalan kehidupan yang sesuai dengan syariat Allah SWT.

 

Kedua,dengan melakukan perubahan pada sistem pemerintahan,  khususnya dalam proses pemilu agar tidak sekedar menang  yang ditandai perolehan suara terbanyak, namun dengan melakukan kecurangan dan berbagai bentuk manipulasi lainnya.

 

Peran aktif umat Islam terutama para Ulama mutlak diperlukan,  khususnya sikap kritis kepada kebijakan pemerintah. Bisa jadi negeri ini menjadi demikian terpuruknya dengan berbagai masalah yang dihadapi pemerintah dan rakyatnya adalah salah satunya karena diamnya ulama.

 

KH.Athian juga mempertanyakan apakah selama ini para ulama tidak tahu terjadinya kecurangan, praktik money polityc, sogok menyogok, adu domba dan segala bentuk kemunkaran lainnya ?. Apakah para ulama tidak tahu ada calon pemimpin yang tidak layak dipilih dan calon pemimpin yang mendekati kriteria Islam?

 

“Mohon maaf tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para ulama, hendaknya kita jangan menjadi “setan bisu” dimana hanya diam mencari aman dan bersikap apatis terhadap kebijakan penguasa atau pemerintah, padahal jelas-jelas kebijakan tersebut bertentangan dengan aturan Allah dan konstitusi  negeri ini , serta merugikan dan menyengsarakan rakyat,” kritiknya.

 

Foto: dok.pribadi