BERITAUNGGULAN.COM, KARO – Di tengah perbukitan yang terjal dan jalan yang berliku, terdapat sebuah desa kecil bernama Pulo Tebu di Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo. Warga muallaf di desa ini, meski berada dalam keterbatasan, terus berjuang menjaga keimanan dan melestarikan nilai-nilai spiritual mereka. Salah satu simbol perjuangan itu adalah Masjid Nurul Huda, tempat mereka berkumpul dan beribadah.
Senin, 23 September 2024, menjadi momen istimewa ketika tim BMH Sumatera Utara hadir untuk menyalurkan bantuan sembako dan perlengkapan sholat kepada para muallaf. Perjalanan sejauh 135 kilometer dari Medan yang memakan waktu lima jam dilalui dengan penuh semangat, meski harus melewati jalan berbatu dan tanjakan terjal di tengah perbukitan yang hijau.
Setibanya di desa, tim disambut dengan senyum hangat warga, namun suasana hati sejenak berubah saat melihat kondisi Masjid Nurul Huda. Masjid sederhana yang hanya berukuran 36 meter persegi itu sudah mulai rusak. Atap sengnya karatan dan bocor, dinding kayunya rapuh, dan lantainya sering kali becek saat hujan. Namun, bagi warga muallaf, masjid ini tetap menjadi tempat yang penuh arti, tempat mereka mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
“Meskipun masjid kami sudah tua dan rusak, kami tetap bersyukur bisa menggunakannya untuk sholat dan kegiatan keagamaan lainnya,” ujar Pak Sofyan Sitepu, salah satu warga yang tinggal dekat masjid. Menurutnya, Masjid Nurul Huda juga menjadi simbol toleransi, karena berdiri di tengah komunitas yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.
Dengan hanya dua keluarga muslim di sekitar masjid, toleransi dan keharmonisan antar umat beragama tetap terjaga dengan baik. Masjid ini bahkan berdiri di atas tanah wakaf yang diberikan oleh keluarga kepala desa, yang beragama Kristen. Ini menjadi bukti bahwa perbedaan keyakinan tidak menghalangi persatuan dan kebersamaan.
Namun, kondisi masjid yang semakin memprihatinkan menjadi tantangan besar bagi warga. Mereka berharap dapat segera merenovasi masjid tersebut agar lebih layak dan nyaman digunakan, namun keterbatasan dana menjadi penghalang utama. Sebagian besar warga Pulo Tebu bekerja sebagai petani, dengan penghasilan yang tidak menentu, membuat rencana renovasi masjid terasa sulit terwujud.
Lukman, Ketua BMH Sumut, menyampaikan harapannya agar masyarakat luas dapat turut membantu perjuangan warga Pulo Tebu. “Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol semangat dan keteguhan warga di sini. Mereka sangat berharap masjid yang lebih layak bisa segera terwujud. Inilah saatnya kita bersama-sama menunjukkan kepedulian dan dukungan agar harapan mereka dapat terwujud,” ujarnya.
Melalui sinergi bersama, BMH Sumut dan para donatur berharap dapat membantu warga muallaf di Pulo Tebu untuk mewujudkan impian mereka, membangun masjid yang lebih kokoh dan layak, sehingga dapat menjadi pusat spiritual dan sosial yang membawa ketenangan dan kebahagiaan bagi seluruh warga. ***/
