BERITAUNGGULAN.COM,BALI —Tradisi mepeed merupakan salah satu Icon budaya unik di Bali,yang telah diwariskan secara turun temurun hingga saat ini,uniknya tradisi ini dimiliki oleh semua desa di Pulau Dewata ini,hanya beberapa di desa tertentu pelaksanaanya disesuaikan dengan tradisi tempat yang menjalankan warisan leluhur tersebut, Jumat (14/06/2024)
Bali, pulau yang dikenal dengan julukan Pulau Dewata, kaya akan Icon tradisi dan budaya yang unik. Salah satu tradisi yang menarik perhatian adalah upacara Mepeed. Mepeed merupakan sebuah ritual keagamaan yang melibatkan arak-arakan masyarakat desa menuju pura untuk melakukan persembahyangan. Tradisi ini mencerminkan kebersamaan, spiritualitas, dan penghormatan terhadap para dewa dalam kepercayaan Hindu Bali.
Mepeed berasal dari kata “pepeed” yang berarti “berjalan bersama” atau “beriringan.” Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan
Menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Bali, terutama dalam rangkaian upacara keagamaan di pura. Mepeed biasanya dilakukan saat upacara besar seperti Odalan (ulang tahun pura), Galungan, Kuningan, atau upacara-upacara lain yang berskala besar.
Prosesi dan pelaksanaan :
- Persiapan Mepeed dimulai beberapa hari sebelum hari H. Masyarakat desa akan membuat banten (sesajen) yang terdiri dari berbagai jenis bunga, buah-buahan, dan makanan yang diletakkan dalam wadah cantik yang disebut “tamas.”
- Kostum dan Perlengkapan: Saat hari pelaksanaan, para peserta Mepeed mengenakan pakaian adat Bali yang rapi dan indah. Perempuan biasanya mengenakan kebaya, kain songket, dan selendang, sementara laki-laki mengenakan kemeja putih, kain sarung, dan udeng (ikat kepala).
- Arak-Arakan: Masyarakat desa akan berbaris rapi dan berjalan menuju pura dengan membawa banten di atas kepala. Arak-arakan ini biasanya diiringi oleh gamelan Bali yang memperdengarkan musik tradisional, menambah kekhidmatan suasana.
- Persembahyangan: Sesampainya di pura, masyarakat akan melakukan persembahyangan bersama, memanjatkan doa dan harapan kepada para dewa untuk diberikan berkah dan perlindungan.
Nilai nilai yang terkandung dalam Tradisi Budaya Mepeed
- Kebersamaan: Mepeed memperkuat rasa kebersamaan dan gotong royong di antara masyarakat desa. Semua warga, dari anak-anak hingga orang tua, turut serta dalam tradisi ini.
- Spiritualitas: Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan alam dan para dewa. Melalui Mepeed, masyarakat menunjukkan rasa syukur dan pengabdian mereka kepada yang Maha Kuasa.
- Pelestarian Budaya: Mepeed menjadi salah satu cara untuk melestarikan dan meneruskan warisan budaya Bali kepada generasi muda. Dengan aktif terlibat, anak-anak dan remaja belajar tentang nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur.
Tradisi Mepeed di Bali merupakan salah satu dari sekian banyak upacara yang memperkaya kebudayaan Bali. Melalui Mepeed, masyarakat tidak hanya melakukan persembahyangan, tetapi juga mempererat ikatan sosial dan spiritual di antara mereka. Dengan terus melestarikan tradisi ini, Bali tetap menjaga identitas budayanya yang unik dan mempesona.
Tradisi Mepeed menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat Bali hidup dalam harmoni dengan alam dan kepercayaan mereka, serta menjaga keberlangsungan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Tradisi mepeed biasanya dilaksanakan pada saat ada Pujawali atau Piodalan di Pura ,Pujawali merupakan peringatan hari lahirnya sebuah tempat suci yang umumnya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali ,dilaksanakan setiap hari hari tertentu Masyarakat sangat antusias melaksanakan tradisi mepeed ini.
Pelaksanaan mepeed bertujuan sebagai bentuk rasa syukur umat kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) atas segala berkah yang telah dilimpahkan kepada umatnya.
Dalam tradisi meepeed kita akan melihat Perempuan bali menggunakan seragam berupa pakaian adat , seragam yang digunakan umumnya berwarna putih,dengan rambut ditata sangat apik menggunakan sanggul khas bali.Mereka akan mengusung sebuah Gebogan,Gebogan adalah merupakan sesaji yang digunakan oleh Umat Hindu di Bali, gebogan terdiri dari 2 yaitu gebogan ada yang berisi buah buahan,jajan, dan canang sari.
Canang sari adalah berupa tempat atau wadah yang terbuat dari janur diatasnya diisi bunga berwarna warni, setelelah semua ditata dengan rapi dan indah ditaruh diatas sebuah Dulang ,Dulang adalah tempat yang dipergunakan untuk menaruh persembahan yang telah dibuat,sedangkan gebogan rayunan dan berisi nasi,ayam,sayur,sambal dan lauk pauk lainnya ditata dengan rapi diatas persembahan makanan juga diisi canang sari.
Kegiatan mepeed umumnya dilaksanakan pada sore hari mulai sekitar pukul 3 atau 4 sore hari saat matahari tidak terlalu terik ,kegiatan sore hari dilakukan agar masyarakat yang ikut mepeed mereka tidak terlalu lelah berjalan kaki, mengingat perjalanan atau iring iringan mepeed biasanya menempuh jarak menuju pura sekitar 1 kilometer ,peserta peed berkumpul dulu di Bale Banjar, Bale banjar merupakan tempat berkumpul bagi warga masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan adat .
Salah satu penuturan warga Ni Ketut Karmuningsih yang sedang melaksanakan Tradisi Mepeed di Pura Taman Ayun Mengwi mengatakan dengan mepeed saya bisa ikut menjaga warisan leluhur,menjaga semangat kebersaman dengan warga sekitar dan pastinya saya bisa berhias katanya tersenyum sumringah.
Tidak sebatas Ibu ibu yang membawa gebogan saja yang ikut dalam acara mepeed ini, anak-anak ,laki -laki dewasa juga sangat antusias ikut dalam iring iringan mepeed.
Tradisi mepeed sejatinya menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke Bali,karena acara ini di gelar pada hari hari tertentu saja ,beruntung kalau saat berlibur menyaksikan tradisi ini sungguh akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan,tuturnya.
Dari tradisi mepeed ini kita bisa melihat bagaimana perempuan Bali sangat menjaga semangat kebersamaan yang tidak lepas dari tradisi leluhur bangsa Indonesia ,membangun semangat kebersamaan dan kegotong-royongan merupakan salah satu cara untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. (Rep.Ni Komang Ari/Djaddie)