BERITAUNGGULAN.COM, DEPOK — Laporan Tempo berjudul “Sastra di Hadapan Algoritma” mengungkap fenomena baru: mesin pintar kini mampu menulis puisi. Bahkan lahir istilah sastra hibrida, karya yang bukan lagi lahir dari satu sastrawan, melainkan kolaborasi antara manusia dan kecerdasan buatan (AI). Peran penulis pun bergeser—bukan hanya pencipta, tetapi juga kreator sekaligus dirigen bagi data yang terus menumpuk.
Pertanyaan pun muncul: akankah manusia akhirnya tunduk pada algoritma? Sastra adalah ekspresi jiwa, sementara algoritma tak memiliki jiwa. Sekilas ini menegaskan keunggulan manusia. Namun, pertanyaan lain patut diajukan: masih adakah manusia yang hidup dengan kebijaksanaan jiwa?
Fenomena di sekitar kita justru menunjukkan krisis jiwa. Orang kaya yang tak tahu asal-usul hartanya, rakyat kecil yang mudah tergoda bertindak melawan nurani, plagiarisme di dunia akademik, hingga polemik ijazah asli atau palsu. Padahal, bila jiwa hadir, membedakan yang benar dan yang palsu semestinya sederhana.
Saat ‘Jutaan View’ Mengalahkan Hati
Di YouTube, kanal dengan jutaan views kerap lebih disukai, meski kontennya jarang menyentuh jiwa. Hanya sedikit yang mampu menyambung semangat “Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya, untuk Indonesia Raya.” Fenomena ini menunjukkan betapa algoritma bisa mengendalikan cara orang berpikir bahkan merasa.
Algoritma memang memberi peluang—viral, keuntungan finansial, hingga perubahan nasib ekonomi—tetapi ia hanyalah alat, bukan tuan. Jika tidak waspada, manusia bisa terjerat menjadi budaknya.
Hidup dengan Jiwa, Bukan Sekadar Data
Masa depan bukan sekadar angka dan data. Jalan bertahan hanya satu: hidup dengan kesadaran jiwa. Pilihlah bacaan dan tontonan yang memberi makan batin, bukan sekadar memuaskan algoritma. Dengan begitu, manusia tetap bisa berkarya dengan makna, bukan hanya angka.
Pada akhirnya, algoritma tak jauh berbeda dengan ciptaan manusia lain: uang. Banyak yang menuhankannya, hingga melupakan Tuhan yang sesungguhnya. Padahal pesan-Nya jelas: jika ingin bahagia, sucikanlah jiwa.
Mas Imam Nawawi
