BERITAUNGGULAN.COM, BANDUNG – – Situasi di Gaza semakin memburuk seiring dengan meningkatnya korban akibat serangan Israel yang terus berlanjut. Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk meningkatkan solidaritas dan dukungan terhadap warga Palestina yang tengah menghadapi krisis kemanusiaan yang sangat serius.
Ketua Umum FUUI, KH Athian Ali M. Dai, dalam pernyataannya mengungkapkan keprihatinan mendalam atas situasi di Gaza yang semakin memprihatinkan, terutama karena serangan Israel yang terjadi saat umat Muslim merayakan Idulfitri. Menurutnya, serangan tersebut tidak hanya menyasar warga Palestina, tetapi pada hakikatnya adalah serangan terhadap umat Islam secara keseluruhan.
” Secaraa syariat yang selama ini diperangi zionis Israel adalah umat Islam di Palestina, namun secara hakikat yang Israel perangi adalah umat Islam seluruh dunia. Mengapa demikian? Coba kita Simak firman Allah dalam Al Quran khususnya dalam surat Al Hujurat ayat 10, Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara,” ujar KH Athian.
Hubungan persaudaraan tersebut menurut beliau, diibaratkan Rasulullah ” Kal bunyaanil marsuus ” bagaikan satu bangunan yang tersusun ( HR. Ahmad, Abu Daud dan An Nasaai).Dalam hadits lainnya ” Kal jasadil wahid ” bagaikan satu tubuh (HR. Muslim dan Ahmad) di mana jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya.
“Nah yang terjadi selama ini, bagian dari tubuh umat Islam di Palestina khususnya Gaza, bukan hanya sekedar terluka, mereka dibantai, bahkan diantara mereka ada yang dibunuh dengan cara dibakar hingga di kubur hidup-hidup,” terangnya dengan nada prihatin.
KH Athian menekankan bahwa penderitaan rakyat Palestina seharusnya menjadi penderitaan umat Islam di seluruh dunia. Beliau mempertanyakan keimanan seseorang yang tidak merasakan sakit ketika saudaranya sedang menderita.
” Keimanan seorang muslim jelas terancam Jika ia tidak peduli bahkan acuh terhadap penderitaan saudaranya sesama mu’min,” tegasnya.
Untuk memperkuat argumennya, KH Athian mengutip hadits Rasulullah, “Tidak beriman seseorang sampai dia mencintai saudaranya sesama mu’min seperti cintanya pada dirinya sendiri ” (HR. Bukhari dan Muslim). Menurutnya, makna yang tersurat dari “tidak beriman” adalah menafikan keimanan seutuhnya, kendati sebagian ulama menafsirkannya dengan ” ketidak sempurnaan keimanan” secara kualitas.
Beliau kemudian mengutip sabda Rasulullah lainnya , “Barang siapa tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka dia bukanlah bagian dari mereka ” (HR. Ahmad dan At Tabarani).
Dalam mengekspresikan kepedulian terhadap Palestina, setiap muslim wajib berjihad. KH.Athian menjelaskan bahwa jihad tidak selalu berarti mengangkat senjata dan berperang di medan pertempuran. Menurutnya, jihad adalah mengoptimalkan potensi diri secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang Allah kehendaki dengan cara yang diridhai-Nya.
“Ini artinya siapa pun bisa berjihad untuk membela saudara-saudaranya di Palestina sesuai dengan kondisi dan batas kemampuan yang dimiliki setiap pribadi muslim,” terangnya.
KH Athian merujuk pada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 286 yang menyebutkan bahwa Allah Swt tidak membebani seseorang melebihi kemampuannya.
Ketua Umum FUUI ini juga menyoroti minimnya partisipasi umat Islam dalam aksi damai bela Palestina. Menurutnya, kehadiran dalam aksi damai adalah bentuk jihad yang minim risiko namun bermakna.
“Saya khawatir ini akan menjadi masalah besar jika kelak di akhirat Allah mempertanyakan ketidak hadiran kita di setiap aksi bela Palestina hanya karena malas, bukan karena alasan syar’i. Maka saya mengajak jika nanti ada aksi bela Palestina silakan turun semua ” ajaknya.
KH Athian membandingkan dengan aksi-aksi yang dilakukan non muslim di berbagai negara, yang mampu mengumpulkan massa yang luar biasa banyaknya. Ironisnya, menurut beliau, mereka terpanggil hanya atas dasar kemanusiaan, sementara umat Islam, disamping kemanusiaan juga memiliki ikatan lebih kuat berupa keimanan dan ukhuwah (persaudaraan).
Beliau juga mengajak umat Islam untuk berjihad dengan harta, yaitu menyumbangkan dana atau donasi untuk membantu saudara-saudara di Palestina yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yang terancam kelaparan akibat konflik berkepanjangan.
“Selanjutnya berjihad dengan ekonomi yakni dengan memboikot semua produk baik dalam negeri maupun luar negeri yang jelas-jelas mendukung Israel dan para sekutunya hingga Palestina merdeka. Jangan sampai makanan, pakaian, minuman dan yang seharian kita konsumsi justru membantu Israel dalam membunuh saudara kita di Palestina,” serunya.
KH Athian mengungkapkan keprihatinannya terhadap orang-orang yang mengaku Muslim namun masih mengkonsumsi produk dari perusahaan yang jelas-jelas mendukung Israel. Beliau khususnya menyoroti mereka yang dengan bangga makan di restoran cepat saji yang seharusnya diboikot karena mendukung Israel.
Beliau juga menekankan peran penting para ulama, terutama yang memiliki basis massa besar dalam organisasi Islam, untuk menyuarakan pembelaan terhadap rakyat Palestina. Menurutnya, para ulama harus berada di garis terdepan dalam menyerukan solidaritas.
“Jangan sampai seperti yang diingatkan Imam Nawawi dalam syarah shohih Muslim berperilaku seperti”setan bisu”. Bagaimana umat mau bergerak jika ulamanya tidak bersuara?
Langkah terakhir yang diusulkan oleh KH Athian adalah dengan gerakan doa, khususnya membaca Qunut Nazilah.
“Saatnya kembali di masjid-masjid, mushola, langar dan surau-surau dibacakan Qunut Nazilah untuk kemenangan saudara kita di Palestina dan juga untuk kedamaian dan keselamatan bangsa kita,” pungkasnya.
Seruan KH Athian ini muncul di tengah meningkatnya keprihatinan global terhadap situasi di Gaza. Organisasi-organisasi internasional telah melaporkan kondisi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan, dengan ribuan korban jiwa, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, serta kerusakan infrastruktur yang luas. Bantuan kemanusiaan sulit mencapai wilayah tersebut, sementara kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan perawatan medis semakin mendesak.
Seruan FUUI ini dapat dilihat sebagai bagian dari upaya global untuk meningkatkan solidaritas dan dukungan bagi rakyat Palestina. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, aksi-aksi solidaritas dan penggalangan dana terus dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap warga Palestina.
Respons masyarakat terhadap seruan FUUI ini tampaknya positif, dengan semakin banyak organisasi keagamaan dan masyarakat yang menyatakan solidaritas dan mengorganisir bantuan kemanusiaan. Beberapa masjid juga dilaporkan telah mulai rutin membaca Qunut Nazilah dalam shalat berjamaah, mengikuti ajakan KH Athian.
Meski demikian, tantangan utama tetap ada, yakni bagaimana mengubah solidaritas dan dukungan moral menjadi langkah-langkah konkret yang dapat membantu meringankan penderitaan rakyat Palestina dan berkontribusi pada upaya perdamaian yang berkelanjutan di wilayah tersebut.
Seruan FUUI ini juga menjadi pengingat bagi umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia bahwa solidaritas dan kepedulian terhadap sesama bukan hanya kewajiban kemanusiaan, tetapi juga bagian integral dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. [ ]
