Gambar : Kunjungan CEO CEPI, Richard Hatchett (tengah), & Dirjen. Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemkes RI, Jeffri Ardiyanto (kedua dari kanan) diterima oleh Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya dan Komisaris Utama Bio Farma, Tugas Ratmono.
BERITAUNGGULAN.COM, BANDUNG – Bio Farma, induk holding BUMN Farmasi Bio Farma Group menerima kunjungan dari Chief Executive Officer (CEO) Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) serta Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Jeffri Ardiyanto yang diterima oleh Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya beserta jajaran Direksi Bio Farma dan juga Komisaris Utama Bio Farma, Tugas Ratmono dan jajaran Komisaris pada tanggal 11 Februari 2025 di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung.
Kunjungan ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari investasi yang telah dilakukan oleh CEPI kepada Bio Farma untuk implementasi produksi vaksin mRNA, terkait percepatan penanggulangan pandemi melalui teknologi produksi vaksin terkini viral vector dan mRNA Indonesia
Pada kesempatan tersebut, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Jeffri Ardiyanto menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia melalui Kemenkes RI memberikan dukungan dalam penanggulangan pandemi diantaranya dengan penyediaan vaksin.
“Pemerintah Indonesia memberi dukungan terhadap Bio Farma dalam rangka penyediaan vaksin untuk mempertahankan ketahanan kesehatan di dalam negeri serta memberikan kontribusi positif pada kesehatan di tingkat global. Kami apresiasi kolaborasi yang baik antara CEPI, serta Bio Farma,” kata Jeffri.
Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, menyampaikan bahwa merupakan suatu kehormatan dan keistimewaan bagi Bio Farma untuk mendapat kepercayaan dari CEPI dalam upaya memerangi potensi ancaman pandemi di masa depan.
“Kunjungan hari ini merupakan bukti dari kemitraan yang kuat antara Bio Farma dan CEPI, sebuah kolaborasi yang dibangun atas dasar kesamaan visi: memastikan keamanan kesehatan global melalui inovasi dan kesiapsiagaan. CEPI telah menjadi mitra strategis dalam perjalanan kami untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi pandemi. Pelajaran yang dipetik dari tantangan kesehatan global baru-baru ini telah memperkuat urgensi membangun ekosistem yang lebih tangguh dan responsif untuk pengembangan vaksin. Kami menyadari bahwa kesiapsiagaan bukan hanya tentang bereaksi terhadap krisis, tetapi secara proaktif mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk merespons dengan cepat dan efektif terhadap ancaman yang muncul,” papar Shadiq.
CEO CEPI, Richard Hatchett mengatakan bahwa merupakan suatu kehormatan untuk berada di Bio Farma di Bandung, Indonesia dan dapat melihat secara langsung inovasi yang sedang dilakukan
“Merupakan suatu kehormatan untuk berada di sini di fasilitas canggih Bio Farma di Bandung, Indonesia, melihat secara langsung inovasi yang sedang dilakukan untuk memperluas fasilitas produksi vaksin kelas dunia, termasuk integrasi teknologi mRNA dan vektor virus. Kemitraan yang kuat antara CEPI dan Bio Farma, yang berkontribusi terhadap kemajuan ini, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga membantu memposisikan Indonesia sebagai pusat regional untuk keamanan kesehatan yang lebih baik di Asia Tenggara. Dengan kemampuan manufaktur yang semakin maju ini, akan memungkinkan untuk menghadapi wabah di masa depan dengan akses yang cepat dan merata terhadap vaksin yang berpotensi menyelamatkan nyawa bagi masyarakat di wilayah ini,” ungkap Richard
![CEO CEPI, Richard Hatchett melakukan kunjungan ke fasilitas produksi Bio Farma](https://beritaunggulan.com/wp-content/uploads/2025/02/epi3.jpeg)
Richard menambahkan bahwa kolaborasi yang baik merupakan salah satu aspek penting dalam upaya menghilangkan ancaman pandemi.
“Saya berharap dapat memperdalam kolaborasi kami dengan pemerintah Indonesia dan industri life–science-nya, seiring dengan upaya kami untuk menghilangkan ancaman pandemi,” tutup Richard.
Wakil Direktur Utama Bio Farma, Soleh Ayubi menyampaikan dalam paparannya bahwa Bio Farma memiliki pengalaman yang matang di pasar global vaksin. Dengan lebih dari 20 tahun pengalaman di bidang produksi vaksin untuk mendukung kebutuhan vaksin global.
“Sejak tahun 1997, 20 produk vaksin Bio Farma telah telah mendapatkan sertifikat prakualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Saat ini, Bio Farma merupakan salah satu dari tujuh pemasok WHO teratas berdasarkan volume dengan kapasitas produksi 3,1 Miliar dosis per tahun dan telah menjangkau sebanyak 700 juta pengguna di seluruh dunia. Kedepannya kami harap dapat terus berkontribusi pada pemerataan akses vaksin di tingkat global sebagai upaya keberlanjutan dalam memerangi ancaman pandemi di masa mendatang,” papar Soleh.
CEPI dan Bio Farma telah berkomitmen untuk melakukan kolaborasi selama 10 tahun dan Bio Farma telah ditunjuk oleh CEPI sebagai salah satu manufacturing preferred network CEPI di Global South.
Kerja sama antara CEPI dan Bio Farma dalam mempercepat produksi vaksin sejalan dengan Asta Cita kedua yaitu memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa. Kolaborasi ini mendukung kemandirian bangsa dalam sektor kesehatan, khususnya dalam produksi vaksin, yang merupakan bagian dari upaya mencapai swasembada di bidang kesehatan. Dengan demikian, inisiatif ini berkontribusi pada pencapaian cita-cita tersebut.
CEPI adalah kemitraan inovatif antara organisasi publik, swasta, filantropi, dan organisasi sipil, yang diluncurkan pada tahun 2017, untuk mengembangkan vaksin melawan epidemi di masa depan. Misinya adalah untuk mempercepat pengembangan vaksin dan penanggulangan biologis lainnya terhadap ancaman epidemi dan pandemi sehingga dapat diakses oleh semua orang yang membutuhkan. [ ]
Dok foto : Komunikasi Perusahaan Bio Farma
![](https://beritaunggulan.com/wp-content/uploads/2024/08/BannerBaitulwakaf1500x150-070724cropp930x130.jpg)