BERITAUNGGULAN.COM, Sebelum menyaksikan langsung, Makkah dan Madinah telah menjadi imajinasi “kota suci” di mana para Nabi pernah hadir dan berdakwah. Makkah dikenal sebagai tempat singgah tiga Nabi besar, yaitu Nabi Ibrahim, Nabi Isma’il, dan Nabi Muhammad Saw. Sementara itu, Madinah, atau yang dikenal sebagai Yatsrib, lebih dikenal sebagai tempat Nabi Muhammad Saw. tinggal dan berdakwah.
Jejak para Nabi ini terlihat melalui berbagai fakta sejarah dan sosial. Nabi Ibrahim a.s., yang dikenal sebagai Bapak Monoteisme, meletakkan dasar Ka’bah. Sementara itu, wilayah Mina, Muzdalifah, Arafah, serta Bukit Safa dan Marwah di Makkah menjadi saksi peristiwa yang melibatkan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s. Jejak Nabi Muhammad Saw. juga terlihat di beberapa tempat seperti gua Hira’, gua Tsur, wilayah Thaif, Hudaibiyah, dan Ji’ranah.
Untuk menegaskan peran para Nabi, Allah selalu menyertakan nama dengan inisial Ahmad sebagai “template” dalam setiap Nabi, menandakan akan datangnya “sang penyelamat” dan pamungkas para Nabi dan Rasul, khatam al-anbiya’ wal mursalin. Dalam kitab-kitab suci, kata “Ahmad” sering muncul sebagai tanda tersebut, dan salah satu derivasi Ahmad adalah Muhammad, nama Nabi terakhir.
Kota-kota yang menjadi tempat tinggal para Nabi Allah juga dianggap suci, sebagai bentuk penghormatan, khususnya kepada Nabi Muhammad Saw. Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah dikenal sebagai kota “haram” yang suci bagi umat Islam di seluruh dunia, dengan sebutan “Haromain”. Dua kota haram ini memiliki banyak keutamaan dan kekhususan. Selain dikunjungi setiap tahun oleh umat Islam melalui ibadah haji bagi yang mampu, kota-kota ini juga dapat dikunjungi sewaktu-waktu melalui ibadah umrah sesuai dengan waktu yang ditentukan pihak Khadimul Haramain.
Pahala beribadah di dua kota haram tersebut sangat istimewa, dengan salat di Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah memiliki nilai berlipat ganda. Keistimewaan ini termasuk keberadaan Ka’bah di Makkah, Raudlah di Madinah, dan maqbarah Nabi Muhammad Saw. Di tempat-tempat tersebut, doa-doa dijanjikan mustajab.
Bagaimana setelah melihat, menyaksikan, dan merasakan langsung dua “kota suci” tersebut? Setiap umat Islam di dunia mungkin memiliki pendapat yang berbeda-beda, sesuai dengan pengetahuan agamanya, kedalaman ilmunya, dan motivasi beribadah di dua tempat yang secara geografis dan tata kelola kotanya juga berbeda.
Madinah, sebagai kota pertama dalam sejarah Islam, lebih berkeadaban dan inklusif secara internal. Sementara Makkah, sebagai “kota tua” bersejarah, terus beradaptasi dengan dunia global, dengan perubahan melalui gedung-gedung pencakar langit. Wallahu a’lam.
Ibnu Wahid Madsari (jemaah haji 2024)