BERITAUNGGULAN.COM, BANDUNG — Malam itu, Kamis (10/5/2025), langit Bandung masih menyisakan jejak hujan yang mengguyur deras sejak sore hari. Udara dingin merayap pelan, menusuk hingga ke tulang. Kabut tipis menggantung di udara, menambah kesan sejuk yang mencengkeram. Namun, di balik suasana yang mengajak orang untuk tetap tinggal di rumah, Masjid Daarut Tauhiid (DT) Gegerkalong justru tampak hidup dan bersinar.
Sejak ba’da Isya, satu per satu jemaah mulai berdatangan. Mereka datang dengan langkah mantap. Sebagian mengenakan jaket tebal, lainnya membawa payung basah yang masih meneteskan sisa hujan. Wajah-wajah itu terlihat lelah oleh aktivitas seharian, namun berseri karena harapan akan ilmu yang hendak diserap malam ini.
Kajian rutin Ma’rifatullah—kajian tentang mengenal Allah secara lebih dalam—kembali digelar dan diisi oleh KH. Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym. Dengan ketenangan khasnya, Aa Gym menyampaikan tausiyah yang mengajak setiap hati untuk kembali merapat pada Sang Pencipta.
“Kalau kita benar-benar kenal Allah, hati kita akan tenang. Masalah tak akan membuat kita takut, justru semakin mendekatkan kita pada-Nya,” ujar Aa Gym.
Suasana di dalam masjid begitu khusyuk. Tak ada suara bising, hanya gelegar suara mikrofon yang menggetarkan hati. Di sela-sela kajian, sesekali terdengar isak haru dari jemaah yang tersentuh. Beberapa mencatat, lainnya diam menunduk, merenung, menyerap setiap hikmah.
Meskipun malam semakin larut dan suhu kian menusuk, tak satu pun jemaah terlihat gelisah ingin pulang. Mereka betah duduk bersila di atas karpet tebal masjid wakaf ini, seolah tak ingin kehilangan sepotong pun hikmah yang dituturkan
.“Masjid ini berdiri dari wakaf umat, dan kita datang ke sini bukan hanya untuk menimba ilmu, tapi juga merawat amanah itu. Wakaf bukan sekadar menyumbang, tapi mewakafkan hati untuk Allah,” ujar Rahmat, jemaah yang mengaku rutin hadir sejak awal tahun.
Sementara itu, Nani, seorang jemaah asal Cimahi yang malam itu datang bersama putrinya, menyampaikan kekagumannya pada sistem wakaf produktif di Daarut Tauhiid. “Saya lihat DT ini serius mengelola wakaf. Nggak cuma bangun masjid, tapi juga ada wakaf produktif, ekonomi, sampai pendidikan. Jadi manfaatnya luas, bukan hanya untuk ibadah tapi juga kesejahteraan umat,” katanya.
Menurutnya, kepercayaan kepada lembaga wakaf seperti DT sangat penting di zaman ini, di mana banyak umat ingin berkontribusi tapi butuh wadah yang amanah dan transparan. “Wakaf itu investasi akhirat. Dan saya percaya di sini bisa tersalurkan dengan baik,” tambahnya sambil tersenyum.
Tepat pukul 21.30, kajian berakhir dengan doa yang lirih namun mendalam. Para jemaah pun perlahan meninggalkan masjid, namun kehangatan tausiyah malam itu seakan terus melekat di hati mereka—menjadi pelita dalam dingin dan gelapnya zaman.
Dalam sejuknya udara Bandung malam itu, Masjid DT kembali membuktikan dirinya bukan sekadar bangunan fisik, melainkan rumah bagi jiwa-jiwa yang merindukan kedekatan dengan Allah. Dan setiap Kamis malam, rumah itu tak pernah sepi. (Cahya)
Dok foto: Daarut Tauhiid
