BERITAUNGGULAN.COM, Jakarta – Nadiem Anwar Makarim, Mendikbudristek, mengadakan pertemuan hangat dengan berbagai komunitas dan wakil siswa serta mahasiswa yang menerima program dari Kemendikbudristek. Acara ini, yang disebut “Rembuk Komunitas Merdeka Belajar dan Temu Nasional KIP Kuliah 2024,” merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari Pendidikan Nasional 2024. Dalam acara tersebut, sekitar 500 peserta dari seluruh Indonesia hadir, mewakili beragam komunitas seperti Komunitas Ibu Penggerak “Sidina Community”, Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka, Komunitas Guru Konten Kreator, dan Komunitas Kami Pengajar. Selain itu, mahasiswa yang menerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, siswa yang menerima program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem), dan mahasiswa yang menerima program Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik) juga turut hadir.
Mendikbudristek menjawab pertanyaan peserta tentang berbagai masalah pendidikan. Salah satu topik yang dibahas adalah upaya peningkatan kualitas pendidikan di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Mendikbudristek mengakui bahwa intervensi standar tidak cukup efektif di daerah-daerah tersebut. Untuk itu, pemerintah telah mengubah kebijakan terkait alokasi Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dengan memberikan tambahan dana kepada sekolah-sekolah di daerah 3T, bahkan mencapai penambahan 30 hingga 40 persen.
Dalam konteks kebutuhan yang beragam di setiap sekolah, khususnya di daerah 3T, pemerintah telah membuat kebijakan fleksibel terkait alokasi dana BOS. Selain itu, berbagai inisiatif seperti pengiriman buku bacaan dan implementasi Kurikulum Merdeka juga dilakukan untuk mendukung pendidikan di daerah-daerah tersebut.
Mendikbudristek juga menanggapi pertanyaan seputar sistem zonasi dalam penerimaan siswa ke sekolah negeri. Dia menjelaskan bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk mewujudkan azas keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Meskipun tidak sempurna, program zonasi ini harus dipertahankan sebagai bentuk azas moralitas dan keadilan sosial.
Dalam diskusi, Mendikbudristek juga menekankan pentingnya Merdeka Belajar menjadi kepemilikan bersama, melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam pendidikan. Dia berharap gerakan ini akan terus berkembang, didukung oleh komunitas serta melibatkan orang tua, siswa, mahasiswa, dan masyarakat secara luas.
Selain dialog dengan Mendikbudristek, acara ini juga menampilkan diskusi panel dengan narasumber dari berbagai bidang terkait, seperti kekerasan di lingkungan pendidikan dan penyaluran KIP Kuliah. Diskusi ini menjadi wadah untuk mendiskusikan berbagai isu terkini dalam dunia pendidikan Indonesia.