Hati

Mengobati Sakit Hati dengan Dzikir, Ilmu, dan Hikmah

BERITAUNGGULAN.COM, DEPOK – Hidup manusia tidak pernah lepas dari ujian. Mulai dari himpitan ekonomi, sulitnya akses pendidikan, hingga godaan rasa malas dalam menuntut ilmu. Namun, di balik kerumitan kehidupan itu, ada satu hal yang kerap terlupakan: kondisi hati yang menentukan arah kehidupan.

Dalam khazanah Islam, hati atau qalb bukan sekadar pusat rasa, melainkan inti kesadaran yang menggerakkan perilaku. Al-Qur’an memberi peringatan tegas: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24). Artinya, ketika hati tertutup, manusia kehilangan ketenangan, menolak kebenaran, dan mudah terjerumus dalam kesalahan.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menganalogikan hati sebagai raja dengan pasukan yang siap diperintah. Ada pasukan lahiriah berupa anggota tubuh, pasukan batin berupa nafsu dan ilmu, serta pasukan penjaga berupa imajinasi. Namun, ketika sang raja melemah, pasukan ini bisa berubah menjadi musuh yang menipu.

Gejala hati yang sakit pun jelas terlihat: marah berlebihan, serakah, iri hati, terikat pada dunia, takut miskin, dan penuh prasangka buruk. Para ulama menekankan bahwa obatnya adalah dzikir, ilmu, dan hikmah. Melalui itu, manusia belajar mengendalikan nafsu, menjaga amarah, dan melatih kelapangan dada.

Menjaga hati bukan hanya urusan pribadi, melainkan fondasi sosial. Sebab, masyarakat yang warganya memiliki hati tenang akan tumbuh lebih damai, saling menghormati, dan kokoh menghadapi tantangan. Pada akhirnya, hati yang terjaga melahirkan rasa syukur dan kebahagiaan yang tulus.

Mas Imam Nawawi