Sigit Iko

Pendidikan Vokasi Belum Mampu Menjawab Tantangan Sosial Ekonomi

BERITAUNGGULAN.COM, BOGOR — Tamatan SMK, Diploma (vokasi), hingga Sarjana Terapan masih mendominasi jumlah pengangguran di Indonesia. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh BPS, pr Februari 2024, tingkat pengangguran lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) mencapai 8,62%, disusul sekolah menengah umum (SMU) sebesar 6,73%, lulusan D4-S3 sebesar 5,63%, dan D1-D3 sebesar 4,87%.

Menteri Ketenagakerjaan (Manaker), Ida Fauziah, menjelaskan bahwa masih tingginya pengangguran lulusan SMK disebabkan ketidaksesuaian (mismatch) dari pendidikan vokasi dengan kebutuhan pasar kerja. Pengamat pendidikan vokasi, Farkhan, menyatakan bahwa jurusan di SMK yang terbanyak saat ini adalah bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta Rekayasa . Sementara itu, jumlah jurusan SMK bidang pertanian hanya 4%, padahal kebutuhan lapangan pekerjaan justru didominasi oleh sektor tersebut sebesar 29,36% (Suskernas BPS, 2023)

Sektor pertanian memiliki peran penting bagi negara. Karenanya, negara dapat mencapai ketahanan pangan, yaitu kondisi di mana seluruh penduduk memiliki akses yang cukup terhadap pangan yang aman, bergizi, dan mampu untuk menjalani kehidupan yang aktif dan sehat.selain itu, ekspor komoditas pertanian merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan devisa negara. Penjualan komoditas pertanian ke pasar internasional, tidak hanya memperoleh pendapatan dalam bentuk mata uang asing, tetapi juga memperkuat posisi tawar bagi negara di kancah perdagangan global.

Usaha pertanian perorangan (UTP) merupakan tulang punggung sektor pertanian di Indonesia. Petani yang mengelola lahan mereka secara mandiri, baik itu lahan sawah, ladang, atau kebun. Meski skala usahanya tergolong kecil, namun kontribusinya terhadap produksi pangan nasional sangat besar.

Petani muda mempunyai peran yang sangat penting dalam masa depan pertanian. Membawa semangat baru, inovasi, dan perspektif yang berbeda dalam mengembangkan sektor pertanian yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan. Ironisnya, proporsi petani generasi Z termasuk terendah berada pada kisaran 2,14% dari populasi. Petani muda, Merujuk pada generasi muda yang terlibat aktif dalam kegiatan pertanian, umumnya berusia antara 25-44 tahun.

Generasi milenial dan generasi Z cenderung tidak tertarik  menjadi petani karena enggan bekerja di musim panas-panasan, bekerja keras di ladang, dan lain sebagainya. Ditambah lagi, akses informasi di era saat ini yang memungkinkan para milenial dengan usaha yang sedikit mendapatkan pekerjaan atau keterampilan dengan pendapatan lebih besar dari bertani.

Indonesia sesat lagi akan memasuki puncak bonus demografi. Bonus demografi adalah kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif yang lebih tinggi dibanding penduduk usia non-produktif. Bonus demografi akan menjadi potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang merupakan instrumen penting dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, bonus demografi dapat menciptakan kondisi yang buruk jika tidak dikelola dengan baik. Melimpahnya penduduk usia kerja yang tidak memiliki keahlian dan keterampilan dapat meningkatkan permasalahan sosial seperti meningkatnya kriminalitas, kemiskinan, dan menghambat pertumbuhan ekonomi

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yaitu sekitar 50%. Perlambatan ekonomi global dan lonjakan inflasi di negara tujuan ekspor mengakibatkan penundaan dan pembatalan ekspor beberapa produk khususnya tekstil dan alas kaki. Situasi ini akan berdampak pada PHK karyawan. Kesempatan kerja makin terbatas akibat dari perlambatan pertumbuhan sektor industri.

Sektor industri di Indonesia masih terkendala oleh beberapa faktor, seperti infrastruktur yang kurang baik, keterbatasan sumber daya manusia, dan masih rendahnya tingkat inovasi di sektor industri.

Pertumbuhan sektor industri akan membuka peluang usaha baru dan makin efektif apabila mengacu pada pengembangan potensi lokal. Industrialisasi berbasis unggulan lokal akan membuka peluang usaha dan menyerap angkatan kerja bagi masyarakat sekitar. Dalam hal ini diperlukan keahlian Sumber Daya Manusia lokal yang kompeten dan berintegritas serta aplikasi teknologi yang adaptif.

Sejatinya, tamatan SMK dan vokasi lainnya diharapkan mampu mengelola potensi dan peluang dalam memajukan perekonomian Indonesia. Lulusan vokasi diharapkan bisa sebagai :

  1. Employee (karyawan) yg mendedikasikan dirinya utk bekerja pada pengusaha.
  2. Self Employee, bekerja profesional yang bisa mengelola dirinya sendiri, atau
  3. Entrepreneur baik di skala Ultra Mikro, Mikro ataupun kecil yang mampu merekrut angkatan kerja.

Di negara berkembang, pengangguran dan kemiskinan memiliki keterkaitan yang erat. Menganggur akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dan menggantungkan hidupnya pada orang-orang yang berproduktif sehingga menjadikan angka ketergantungan meningkat dan merosotnya pendapatan per kapita.

Inilah tantangan kita bersama ke depan. Pemerintah hedaknya melakukan review terhadap sistem pendidikan vokasi serta berupaya membuka peluang usaha bagi para pencari kerja. Selain membuka kesempatan kerja di sektor formal, pemerintah juga harus serius dalam mengembangkan sektor informal yang diisi oleh angkatan kerja khususnya tamatan pendidikan vokasi yang terampil dan berdaya saing.

Selain program pemerintah, Lembaga Zakat, melalui program pendayagunaan dana ZIS dapat berperan aktif dalam mengatasi tantangan ini, sebagaimana mandat UU 23/2011. Begitu pula program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) perusahaan hendaknya dapat dioptimalkan dalam menyiapkan angkatan kerja agar siap memasuki dunia usaha.

Sigit Iko Sugondo

Praktisi Pemberdayaan MAsyarakat dan Ekonomi Regional

Sigit Iko Sugondo