Pengorbanan Orang Tua untuk Anak di Tanah Wakaf: Doa yang Tak Pernah Berhenti

BERITAUNGGULAN.COM, BANDUNG — Sabtu dan Ahad, 12–13 April 2025, kawasan Daarut Tauhiid kembali ramai. Namun bukan karena kegiatan rutin pesantren, melainkan oleh rombongan kendaraan yang datang dari berbagai penjuru. Para orang tua dengan mata berbinar dan hati yang berat, satu per satu mengantarkan kembali anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan di Daarut Tauhiid setelah libur Lebaran.

Ada tawa, pelukan, dan tak jarang, isak tangis yang ditahan. Momen ini bukan sekadar perpisahan sementara. Bagi sebagian besar orang tua, terutama yang datang dari luar kota Bandung, ini adalah bentuk nyata pengorbanan dan cinta yang tulus. Mereka rela berpisah lagi setelah hanya beberapa pekan bertemu saat liburan — demi sebuah harapan: masa depan yang lebih baik untuk anak-anak mereka.

“Rasanya baru kemarin kami berkumpul di rumah. Sekarang harus berpisah lagi. Tapi saya tahu, ini jalan terbaik untuk anak saya,” ujar Sandi, orang tua dari salah satu siswa yang datang dari Tasikmalaya.

Ada hal yang membuat perpisahan ini terasa lebih bermakna, yakni kesadaran bahwa anak-anak mereka sedang menuntut ilmu di tempat yang luar biasa — di atas tanah wakaf yang penuh keberkahan. Di lingkungan Daarut Tauhiid, para siswa tak hanya diajarkan ilmu dunia, tapi juga nilai-nilai tauhid, adab, dan akhlak mulia yang menjadi bekal sejati dalam kehidupan.

“Anak saya sekolah di tempat yang berkah. Bukan hanya tentang pendidikan, tapi juga menanamkan nilai hidup yang benar,” ungkap Ningsih dari Cirebon, sambil menahan air mata setelah memeluk anaknya erat.

Di balik gedung-gedung sekolah, asrama, dan sarana pendidikan yang berdiri megah di Daarut Tauhiid, tersimpan kisah wakaf yang menjadi fondasi kuat lembaga ini. Orang tua tahu, setiap langkah anak-anak mereka di lingkungan ini tak hanya berpijak di tanah biasa, melainkan di tanah amal jariyah. Tempat di mana kebaikan mengalir tanpa henti.

Momen akhir pekan itu bukan sekadar rutinitas kembali ke sekolah. Ia adalah cermin keikhlasan orang tua yang menanam benih masa depan. Berharap anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa, berilmu, dan bermanfaat bagi umat.

Meski berat berpisah, mereka tahu: doa selalu menyertai. Dan Daarut Tauhiid, dengan seluruh keberkahannya, menjadi ladang tempat doa-doa itu bertumbuh dan bermekaran. (Cahya) [ ]

Dok foto: Daarut Tauhiid