BERITAUNGGULAN.COM, JAKARTA – Indonesia, sebagai negara yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pengurangan emisi karbon, menghadapi berbagai tantangan, terutama di sektor energi, transportasi, dan kehutanan. Namun, kemajuan signifikan telah dicapai dalam upaya mengurangi emisi karbon.
Salah satu bukti komitmen ini adalah janji nasional (Nationally Determined Contribution atau NDC) yang disampaikan oleh pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi karbon sebesar 31,8 persen secara mandiri dan hingga 43,2 persen dengan bantuan internasional.
Dr. Nurtjahjawilasa, S.Hut., M.A., M.AP, seorang Pengamat Emisi Karbon dari Pusdiklat SDM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menekankan pentingnya dukungan dan komitmen dari seluruh pihak.
“Ini menunjukkan komitmen dan perhatian pemerintah dalam hal pengurangan emisi karbon,” ujar Dr. Nurtjahjawilasa dalam pelatihan “Dari Emisi ke Profit: Menguasai Perhitungan Gas Rumah Kaca dan Carbon Trading” yang berlangsung di Jakarta, 2-3 September 2024.
Menurutnya, sektor perbankan perlu berperan lebih aktif dalam mendukung perdagangan karbon dan memperluas jangkauannya hingga melibatkan sekuritas dalam karbon exchange.
Sektor hulu, seperti kehutanan, peternakan, pertanian, dan perkebunan, juga memerlukan apresiasi dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pengurangan emisi karbon.
Dr. Nurtjahjawilasa juga menekankan pentingnya pelatihan dan peningkatan pengetahuan dalam perhitungan stok karbon, penyusunan dokumen administratif, serta monitoring, reporting, dan verification (MRV).
Metode penyesuaian di sektor perkebunan, seperti penerapan B30 atau B35, juga diperlukan untuk memastikan sinergi antara sektor hilir dan hulu.
Pelatihan ini, yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dan entitas, bertujuan untuk meningkatkan komitmen dalam mengatasi emisi karbon.
Networking yang terjalin diharapkan dapat memperkuat kolaborasi di masa depan, dengan setiap peserta menyusun rencana aksi dan tindak lanjut untuk implementasi dan dokumentasi capaian mitigasi.