BERITAUNGGULAN.COM, Madinah (Kemenag) – Di tengah ribuan jemaah dan lalu lintas logistik yang padat, koordinasi menjadi kunci. Dan di Bandara Arab Saudi, perangkat kecil bernama bravo menjadi pusat kendali tak terlihat dari pergerakan jemaah haji Indonesia.
“Bravo” adalah alat komunikasi genggam yang digunakan Tim Bravo Daker Bandara. Melalui frekuensi tertutup, alat ini menjadi penghubung antara petugas di lapangan dengan pusat kendali, maskapai, dan berbagai unit pelayanan.
Kholis Tomin, salah satu petugas senior, menyebut perangkat ini sebagai “urat nadi layanan”. Sejak 2002, ia telah menjalankan berbagai peran—dari perawat lansia hingga kini menjadi pengendali suara koordinasi.
“Ketika saya bilang ‘bus standby, petugas siap sambut’, itu bukan sekadar kalimat. Itu instruksi bagi puluhan orang untuk bergerak dalam harmoni,” jelas Kholis.
Tim Bravo terdiri dari personel terlatih, seperti Iwan Bonex, yang memastikan data maskapai sinkron dengan jadwal jemaah. Ada juga Sadiri Sadimum Paki, yang dikenal karena ketelitiannya dalam pelaporan data jemaah masuk, keluar, hingga kasus tanazul atau jemaah sakit.
Tahun ini, Tim Bravo diperkuat oleh Mayor Laut Andi Irawan, perwira TNI AL yang membawa disiplin militer ke dalam sistem koordinasi haji. Meski baru pertama terlibat, ia langsung nyetel dengan kerja teknis komunikasi. “Saya biasa pakai HT di lapangan. Alat ini mirip, tapi muatannya spiritual,” katanya sambil tersenyum.
Dalam musim haji yang serba cepat, bravo bukan sekadar alat. Ia adalah pusat kendali diam-diam yang menghubungkan informasi, aksi, dan rasa tanggung jawab.
Bravo mungkin tak muncul dalam siaran pers, tapi tanpa suara dari balik perangkat ini, pelayanan haji takkan bisa seefisien hari ini.
