BERITAUNGGULAN.COM, BANDUNG — Di sudut Masjid Daarut Tauhiid, seorang pria tampak khusyuk dalam doa dan dzikirnya. Namanya Walid, seorang karyawan swasta asal Salatiga, Jawa Tengah, yang akhirnya bisa mewujudkan impian lamanya: beri’tikaf di Masjid Daarut Tauhiid Bandung.
Bagi Walid, ini bukan sekadar perjalanan spiritual biasa. Sudah sejak lama ia ingin merasakan suasana i’tikaf di masjid yang didirikan oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) ini. Namun, berbagai kesibukan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga membuat niat itu terus tertunda.
“Saya sudah lama ingin beri’tikaf di sini, tapi baru sekarang Allah izinkan,” ujarnya dengan wajah penuh syukur.
Sebagai seorang karyawan di perusahaan konveksi di Salatiga, Walid harus mengatur waktu dengan baik. Setelah berdiskusi dengan istrinya, ia akhirnya memutuskan mengambil cuti khusus selama 10 hari terakhir Ramadan. Baginya, cuti ini adalah kesempatan langka untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa gangguan pekerjaan.
“Kalau hanya mengandalkan libur Lebaran, waktunya terlalu singkat. Jadi saya ambil cuti lebih awal supaya bisa fokus i’tikaf,” kata pria berusia 41 tahun ini.
Ibadah, Doa, dan Wakaf Setiap Hari
Selama i’tikaf, Walid mengisi waktunya dengan berbagai ibadah, mulai dari shalat tahajud, membaca Al-Qur’an, zikir, hingga berdoa panjang untuk keluarganya. Ada satu amalan yang tak pernah ia tinggalkan: berwakaf tunai setiap hari untuk almarhum kedua orang tuanya.
“Saya ingin terus berbakti kepada orang tua meskipun mereka sudah tiada. Salah satu caranya adalah dengan wakaf jariyah, karena pahalanya terus mengalir,” tutur Walid.
Menariknya, Walid memilih cara yang praktis. Ia memanfaatkan gawai (smartphone)-nya untuk berwakaf tunai secara digital. Baginya, teknologi ini sangat memudahkan—tak perlu repot datang ke tempat tertentu, cukup dengan beberapa sentuhan jari, ia sudah bisa berbagi kebaikan.
“Alhamdulillah, sekarang wakaf jadi lebih mudah. Setiap hari saya sisihkan sebagian rezeki untuk wakaf, dan niatkan untuk orang tua saya. Semoga Allah menerima dan menjadikannya pahala yang terus mengalir untuk mereka,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Pengalaman Berharga yang Akan Dikenang
Selama di Masjid Daarut Tauhiid, Walid merasakan ketenangan yang sulit ia temukan di tempat lain. Suasana masjid yang berdiri di atas tanah wakaf umat membuatnya semakin bersyukur karena bisa menjadi bagian dari amal jariyah yang lebih besar.
“Di sini saya merasa benar-benar dekat dengan Allah. Semoga saya bisa kembali lagi tahun depan,” ucapnya penuh harap.
Bagi Walid, perjalanan i’tikaf ini bukan hanya tentang ibadah pribadi, tetapi juga tentang bagaimana ia bisa berbagi keberkahan dengan orang lain—terutama orang tuanya yang telah berpulang. Ia pulang ke Salatiga dengan hati yang lebih tenang, iman yang lebih kuat, dan tekad untuk terus menebar kebaikan, baik lewat ibadah maupun wakaf.
Sebuah niat yang tertunda, akhirnya terlaksana. Dan dari Masjid Daarut Tauhiid, berkah itu terus mengalir. (Cahya) [ ]
Dok foto: Daruut Tauhiid
