BERITAUNGGULAN.COM, ACEH TAMIANG — Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terus menunjukkan komitmennya dalam mendampingi masyarakat terdampak banjir di Kabupaten Aceh Tamiang. Tak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, BMH juga memberi perhatian serius pada pemulihan psikososial anak-anak melalui program Sekolah Ceria.
Program Sekolah Ceria ini menetap di Desa Seumedam, Kecamatan Kejuruan Muda, sebuah wilayah yang sempat lumpuh akibat banjir besar. Sejak pagi hingga siang hari, tenda belajar sederhana yang didirikan relawan BMH menjadi ruang harapan baru bagi anak-anak penyintas. Di tempat inilah, canda, tawa, dan semangat belajar kembali tumbuh setelah sempat terhenti oleh bencana.
Banjir yang melanda kawasan tersebut sebelumnya memutus aktivitas pendidikan formal. Sekolah-sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar, sementara anak-anak harus beradaptasi dengan situasi pengungsian yang penuh keterbatasan. Melihat kondisi itu, BMH menghadirkan Sekolah Ceria sebagai ruang pemulihan yang aman, ramah, dan menyenangkan.
Konsep pembelajaran dikemas ringan melalui permainan edukatif, dongeng, aktivitas kreatif, serta pendampingan keagamaan. Tujuannya, membantu anak-anak mengatasi trauma sekaligus menjaga semangat belajar mereka agar tidak pudar.
Di antara puluhan siswa yang mengikuti kegiatan, sosok Rafi menjadi perhatian para relawan. Anak laki-laki itu tampak antusias mengikuti setiap arahan pengajar. Senyum tak lepas dari wajahnya saat mengangkat tangan, menjawab pertanyaan, atau membaca hafalan di depan teman-temannya.
Bagi Rafi, Sekolah Ceria bukan sekadar pengisi waktu luang di tengah kondisi darurat. Program ini menjadi tempatnya kembali menemukan rutinitas positif, terutama dalam mengulang hafalan Al-Qur’an yang sempat terbengkalai akibat banjir.
“Saya senang ada Sekolah Ceria. Hafalan saya bisa diulang lagi agar lebih lancar,” ujar Rafi dengan nada pelan dan senyum malu-malu.
Ungkapan sederhana itu menyentuh hati para relawan. Semangat Rafi mencerminkan harapan banyak anak di Aceh Tamiang—bahwa di tengah keterbatasan, mimpi dan cita-cita tetap harus dijaga. Inilah napas utama dari Sekolah Ceria: memastikan masa depan anak-anak tidak ikut hanyut bersama bencana.
BMH menegaskan komitmennya untuk menjalankan program Sekolah Ceria secara berkelanjutan selama masa pemulihan pascabanjir. Fokusnya tidak hanya pada aspek pendidikan, tetapi juga penguatan mental, spiritual, dan emosional anak-anak.
Dengan dukungan para donatur dan relawan, BMH berharap duka akibat bencana perlahan dapat tergantikan oleh senyum dan tawa anak-anak. Sekolah Ceria menjadi bukti bahwa kepedulian yang tepat sasaran mampu menyalakan kembali harapan di tengah situasi sulit./Herim












