BERITAUNGGULAN.COM, DEPOK — Guru sering dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Gelar itu bukan sekadar kiasan, melainkan kenyataan yang terlihat dari dedikasi mereka dalam mendidik anak-anak bangsa, meski harus melewati berbagai keterbatasan hidup. Di balik semangat dan kesabaran seorang guru, sering tersimpan kisah perjuangan yang menggetarkan hati. Salah satu di antaranya hadir dari sosok Ibu Anti, guru inspiratif yang sudah lebih dari 15 tahun mengabdikan diri di Masjid Terminal (Master) Depok.
Meski memiliki keterbatasan fisik, Ibu Anti tak pernah mengeluh. Dengan penuh keikhlasan, ia terus hadir di kelas demi memberikan ilmu dan bimbingan kepada murid-muridnya. Perjalanan yang harus ditempuh setiap hari pun bukan perkara mudah. Ia rela menempuh jarak jauh, bahkan harus naik kereta api, hanya untuk bisa sampai ke sekolah tempatnya mengajar. Namun, wajahnya tetap menyimpan senyum, seolah lelah tak pernah menjadi halangan.
Keteguhan hati itu menjadikan Ibu Anti sosok yang sangat disegani dan dicintai para murid. Bagi mereka, Ibu Anti bukan sekadar guru, melainkan juga teladan kehidupan. “Beliau selalu sabar, selalu memberi semangat. Kami belajar bukan hanya ilmu, tapi juga belajar arti perjuangan,” ungkap salah seorang murid dengan penuh rasa bangga.
Yang membuat kisah ini semakin mengharukan, Ibu Anti bukanlah satu-satunya. Ada sekitar 20 guru relawan lain yang dengan tulus ikut mengabdi di Sekolah Master Depok. Mereka hadir setiap hari, membagi ilmu dan kasih sayang, meski fasilitas yang ada masih jauh dari kata memadai. Namun, semangat mereka untuk melahirkan generasi cerdas tak pernah padam.
Melihat perjuangan itu, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jakarta melalui program “Pahlawan Masa Kini” berupaya hadir memberi apresiasi sekaligus dukungan nyata. Program ini dirancang sebagai bentuk penghormatan kepada para guru yang rela berkorban demi mencerdaskan anak bangsa tanpa pamrih.
“Kami sangat terharu dan bangga bisa membersamai perjuangan mereka. Semoga dukungan ini dapat meringankan langkah mereka dalam mengabdi,” ujar Johani Farhan, Kadiv Prodaya BMH Jakarta, saat menyerahkan bantuan.
Kisah Ibu Anti menjadi bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk terus berkarya. Ia adalah potret nyata dari ketulusan seorang pendidik yang mengajar dengan hati, menjadikan pengabdian sebagai jalan hidup. Sosok sederhana ini mengingatkan kita semua bahwa pahlawan sejati tidak selalu lahir dari panggung besar atau sorotan kamera, tetapi hadir dari ruang-ruang kecil, dari kelas sederhana, tempat ilmu ditanamkan dengan penuh cinta.*/Herim
