Wakaf Mushaf Al-Quran Di Masjid Assiroj yang Tak Lekang oleh Waktu

BERITAUNGGULAN.COM, CIWARUGA — Dua tahun telah berlalu sejak puluhan mushaf Al-Quran diwakafkan ke Masjid Jami Assiroj yang berdiri sederhana di tengah pemukiman penduduk di Ciwaruga, Kabupaten Bandung Barat. Meski waktu terus berjalan, wakaf mushaf-mushaf itu tetap tampak terjaga, bersih, dan rapi. Seolah baru kemarin tiba di rak kayu masjid yang mengeluarkan aroma wangi khas kayu jati.

Dari luar, Masjid Jami Assiroj tampak bersahaja. Berdinding abu-abu dengan dua menara yang mengapit ke dua sisi masjid, kontras dengan langit biru Ciwaruga. Saat memasuki masjid, suasana teduh langsung menyambut. Di sisi depan ruang utama, rak mushaf berdiri kokoh dengan puluhan Al-Quran tersusun rapi. Sampulnya masih utuh, tidak pudar warnanya, dan halaman-halamannya tak satu pun yang sobek.

“Alhamdulillah, mushaf ini benar-benar memberi manfaat luar biasa,” ujar Asep, pengurus masjid yang mengenakan peci hitam dan sarung garis-garis biru. Tangannya lembut saat membalik satu per satu mushaf, seolah menyentuh sesuatu yang sangat ia jaga.

Asep memang sangat merawat mushaf-mushaf Al-Quran tersebut. Ia mengagumi tampilan mushaf dari Wakaf Daarut Tauhiid (DT) yang didesain secara khusus untuk mempermudah mempelajari dan mendalami Al-Quran. Mushaf terbitan DT itu dilengkapi dengan tajwid warna, blok warna untuk menghafal, terjemah, tafsir, dan hikmah dari KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).

“Dari subuh sampai isya, selalu saja ada yang membaca. Anak-anak juga sering duduk bersila di sini sepulang sekolah, mengaji sambil menunggu waktu maghrib,” lanjutnya.

Suasana masjid memang terasa hidup. Di pojok ruangan, tampak tiga anak kecil berseragam sekolah dasar sedang mengaji dengan suara pelan tapi mantap. Mereka duduk bersila di atas karpet hijau daun, mushaf terbuka di depan mereka dengan alas rehal kayu. Sesekali, lantunan ayat suci terdengar bergema dari pengeras suara saat pengajian ibu-ibu dimulai di lantai dua masjid.

Nani, salah seorang jemaah yang hampir setiap hari datang ke masjid, tampak duduk tenang dengan mushaf di pangkuannya. “Saya selalu duduk di tempat ini setelah salat Dzuhur,” katanya sambil tersenyum. “Cukup baca satu-dua halaman, hati rasanya lebih ringan. Ini nikmat dari Allah lewat wakaf orang-orang baik,” ujarnya.

Tak hanya ibu-ibu dan anak-anak, kaum bapak juga memanfaatkan mushaf wakaf ini untuk kegiatan tadarus pekanan. Setiap malam Jumat selepas magrib hingga menjelang isya, suara lantunan ayat bergema dari para jemaah dewasa yang duduk melingkar. Menandai betapa wakaf mushaf ini telah menyatu dalam denyut kehidupan spiritual masjid.

Masjid Jami Assiroj telah menjadi rumah cahaya bagi warga sekitar. Mushaf-mushaf itu pun menjadi sumber keberkahan yang hidup, jembatan amal jariyah yang terus mengalirkan pahala bagi si pewakaf.

“Semoga semakin banyak orang yang tergerak untuk berwakaf mushaf seperti ini,” ujar Asep seraya menatap jendela masjid yang memantulkan cahaya sore. “Karena manfaatnya bukan hanya dirasa sekarang, tapi insya Allah akan terus dirasakan hingga akhir zaman,” pungkasnya.

Di bawah sinar senja yang menembus kisi-kisi jendela, lembar-lembar Al-Quran itu terus dibaca. Doa-doa terus dipanjatkan. Pahala terus mengalir. Dan wakaf itu tetap hidup dalam setiap ayat yang dilafazkan.

Wakaf DT memberikan kesempatan bagi setiap muslim untuk ikut berpartisipasi memenuhi kebutuhan mushaf Al-Quran di Indonesia dan memberantas buta huruf Al-Quran, sekaligus meraih pahala mengalir abadi dengan program Wakaf Mushaf Al-Quran. (Cahya)

 Dok foto: Daarut Tauhiid