emosi

Ramadhan Sebentar Lagi, Ini Kunci Jaga Emosi Dalam Pekerjaan dan Karier

BERITAUNGGULAN.COM, JAKARTA — Bagi para para pekerja dan profesional muda, memasuki bulan Ramadhan bisa jadi disikapi dengan cara yang sangat berbeda satu sama lain. Sebagian orang merasa gembira karena akan menjalani gemblengan emosi,  fisik dan mental sebulan penuh. Bagi mereka, ini adalah waktu tepat untuk recharging, menata fisik dan mental agar menjadi lebih sehat.

Namun, bagi sebagian lainnya, bulan puasa jadi momok yang mengerikan. Apalagi untuk mereka yang sehari-hari cenderung temperamental dan tidak sabaran. Alih-alih gembira, mereka bisa panik karena selain harus menghadapi lapar, mereka juga harus mengendalikan emosi mati-matian.

Lalu, bagaimana sebaiknya para pekerja dan profesional menyiapkan mental psikologisnya ketika memasuki bulan puasa?

“Di dunia kerja, emosi yang tidak terkendali bisa menjadi tantangan besar. Momen Ramadhan ini adalah waktu yang tepat untuk melatih diri agar lebih sabar dan stabil,” ujar Julius Suharto, pencipta kerangka kerja Playsonality, sebuah metode unik yang menggabungkan keilmuan psikologi, permainan, dan pengembangan diri yang amat berguna bagi para karyawan dan profesional, dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Jumat (21/2).

Salah satu cara menjaga emosi, menurut Julius, adalah dengan mengenali pemicunya. Bagi seorang profesional muda dan pekerja, mengenali emosi dapat menjadi tantangan baru untuk diri mereka sendiri. Biasanya emosi muncul akibat beban pekerjaan, atau dampak hubungan kerja dengan atasan, bawahan, maupun rekan kerja. “Emosi bisa pula dipicu akibat ketidakmampuan mengendalikan keseimbangan antara ekspektasi diri versus kenyataan yang dihadapi,” tutur tutur praktisi bersertifikat LEGO® Serious Play Facilitator tahun 2017 tersebut.

Jika mampu mengenali pemicunya, seorang profesional akan berusaha untuk mencapai tahap ketenangan, yang merupakan faktor penting untuk meningkatkan kesadaran diri dengan emosi yang tengah dirasakan. Tanpa adanya ketenangan, tegas Julius, pendapat dan pikiran kita dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang bukan merupakan bagian dari emosi Anda sesungguhnya.

“Tenangkan diri Anda dan coba kenali apa yang sedang Anda rasakan saat ini, “ ujar Julius.

Setelah mengenali emosi, pemilik PT Bravo Sinergi Solusi ini menyarankan para pekerja dan profesional muda untuk melatih pengendalian diri. Pengendalian diri dapat dilatih melalui beberapa metode, seperti puasa atau meditasi. Dengan emosi yang lebih stabil, produktivitas meningkat, dan hubungan kerja pun jadi lebih harmonis.

Itulah kenapa berpuasa, misalnya di bulan Ramadhan, jika dilakukan dengan mindset yang benar akan mampu membawa seseorang ke tingkat pengendalian diri yang lebih baik. Dengan demikian, seseorang bukan hanya mampu mengendalikan melainkan juga mampu menjalani hidup yang lebih bahagia.

Namun, jika selama Ramadhan ada masa dimana emosi terus mendera, Julius menyarankan strategi tersendiri.

“Strategi terbaik itu bukan jalan terus, tapi tahu kapan harus diam, lihat situasi, baru ambil langkah,” ujarnya. Ketika seseorang berpuasa, jelasnya, sebaiknya ia mencoba menerapkan hal yang sama. Pertama, Stop dulu sejenak bila emosi sudah memuncak atau mental merasa lelah. Kedua,  bijak memilih mana yang penting buat dikerjakan lebih dulu, jangan semuanya dipaksa dalam sekali tindakan. Yang ketiga, “Ini sering terjadi di kota besar, yaitu jika butuh bantuan, silahkan bilang kepada rekan atau orang yang dipercaya. Jangan merasa harus menanggung semuanya sendirian,” tukas Julius.

Ia mengutip hasil Survei World Happiness Report tahun 2023 yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-84 dari 137 negara dengan skor 5,3 dari 10.  “Ini menunjukkan masih adanya ruang bagi warga Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan individu mereka,” tukas penulis buku “Great Leader in You” dan “Menaklukkan Gen-Z” ini.

Dari pengalamannya memfasilitasi dan melatih ribuan pekerja dan profesional di berbagai perusahaan, penggunaan metode Playsonality yang ia terapkan ternyata mampu menjabarkan kebahagiaan dan kesenangan dalam diri setiap orang hingga dua sikap mental tersebut dapat menjadi bagian dari keseharian mereka.

“Dengan mengimplementasikan play therapy, Anda dapat mengubah hari-hari Anda yang stagnan menjadi lebih berwarna,” pungkas Julius. Termasuk menata pikiran dan hati ketika memasuki bulan puasa.