Inovasi atau Risiko? Evaluasi Penggunaan AI dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia

Ditulis oleh : Lukman Arif Rachman, M.Pd.,Gr.

Kabid. Pengembangan Yayasan BPI

Mahasiswa Program Doktor Universitas Negeri Semarang

BERITAUNGGULAN.COM, BANDUNG — Di era globalisasi dan revolusi industri yang akan memasuki era 5.0, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) telah merambah ke berbagai sektor, termasuk dunia pendidikan. Penggunaan AI dalam pembelajaran telah membuka peluang baru untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas proses belajar mengajar. Dalam Saluran Youtube Goofle, Sundar Pichai selaku CEO dari Google juga menyatakan bila dampak dari AI akan lebih besar dari listrik dan api dimana kecerdasan buatan (AI) akan mengubah industri lebih cepat dari Revolusi Industri.

Dalam hal ini tidak terkecuali sektor pendidikan sebagai landasan dari revolusi dapat terwujud. Selain itu, Bill Gates sebagai pendiri Microsoft menyampaikan bila bisa jadi kurang dari 10 tahun lagi, AI akan lebih Humanis yang mungkin jadi memiliki karakter yang di buat dan kepekaan mendekati manusia dan dapat menjadi pisau bermata dua, baik sebagai rekan kerja guru atau malah menggantikan pekerjaan guru. Di Indonesia, penerapan AI khususnya dalam pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat sekolah menengah muncul sebagai salah satu solusi inovatif untuk mengatasi keterbatasan pengajaran tradisional. Namun, hal ini juga menimbulkan perdebatan akibat perbedaan kualitas guru dan keterbatasan fasilitas teknologi yang dimiliki oleh berbagai lembaga pendidikan. Sebagai guru, saya melihat terdapat keuntungan dan tantangan yang muncul dari integrasi AI dalam pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing.

Pertama, AI memiliki potensi besar untuk memperbaiki kemampuan berbicara siswa melalui fitur interaktif yang disediakan oleh teknologi seperti ChatGPT, Gemini, dan Bing. Dengan adanya latihan berbicara secara real-time, siswa dapat melatih pengucapan, intonasi, dan struktur kalimat tanpa harus selalu bergantung pada kehadiran guru secara langsung. Fitur interaksi lisan ini menyediakan umpan balik seketika yang sangat berguna untuk memperbaiki kesalahan, sehingga meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan komunikatif.

Selain itu, dengan adanya teknologi ini, pembelajaran dapat dilakukan secara fleksibel di luar jam sekolah, memberikan kesempatan belajar yang lebih luas dan bebas tekanan. Argumen ini mendukung pandangan bahwa AI mampu menjadi asisten pembelajaran yang efektif dalam mengatasi keterbatasan waktu dan sumber daya manusia di sekolah.

Selanjutnya, AI dapat berfungsi sebagai pendamping guru yang memberikan materi pembelajaran secara interaktif dan personal. Teknologi AI mampu menyesuaikan tingkat kesulitan materi dengan kemampuan masing-masing siswa melalui evaluasi otomatis yang mendetail. Hal ini memungkinkan proses pembelajaran yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan individual, sehingga mendorong pencapaian potensi optimal setiap siswa.

Dengan dukungan data analitik yang dihasilkan oleh AI, guru dapat mengidentifikasi area yang perlu mendapatkan perhatian lebih dan menyusun strategi pembelajaran yang lebih terarah. Oleh karena itu, integrasi AI tidak hanya meningkatkan kualitas interaksi antara siswa dan teknologi, tetapi juga memperkuat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran.

Di sisi lain, integrasi AI dalam pembelajaran Bahasa Inggris juga dihadapkan pada tantangan serius, terutama terkait dengan ketidakmerataan kualitas kompetensi guru. Di banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, guru sering kali belum terbiasa atau kurang terlatih dalam mengoperasikan teknologi AI. Hal ini berpotensi menghambat efektivitas integrasi karena pemanfaatan AI yang optimal memerlukan pemahaman mendalam tentang teknologi tersebut.

Kesenjangan pengetahuan ini dapat menyebabkan kebingungan dan penurunan kualitas pembelajaran, di mana guru tidak mampu memberikan bimbingan langsung yang diperlukan untuk membantu siswa mengatasi kesulitan. Dengan demikian, perbedaan kualitas pengajaran menjadi isu penting yang harus diatasi terlebih dahulu sebelum penerapan AI dapat berjalan secara merata.

Selanjutnya, selain keterbatasan infrastruktur dan fasilitas teknologi di banyak sekolah di Indonesia menjadi penghambat utama dalam implementasi AI. Hal yang paling dikhawatirkan adalah ketergantungan berlebihan pada AI dapat berdampak negatif pada perkembangan kognitif dan sosial siswa. Meskipun AI mampu memberikan umpan balik yang cepat dan akurat, interaksi langsung antara guru dan siswa tetap memiliki peran yang tak tergantikan dalam mengembangkan soft skills seperti empati, kerja sama, dan komunikasi interpersonal.

Kelemahan ini dapat menyebabkan siswa kehilangan aspek-aspek penting dalam pembelajaran yang bersifat humanistik dan kontekstual. Kecenderungan mengandalkan teknologi secara berlebihan juga dapat menurunkan kemampuan kritis siswa dalam menyelesaikan masalah secara kreatif tanpa bantuan algoritma otomatis. Risiko kesalahan informasi dan interpretasi yang belum tentu sesuai konteks lokal juga menjadi kekhawatiran serius, mengingat AI mungkin belum sepenuhnya diprogram dengan nuansa budaya Indonesia.

Berdasarkan analisis di atas, integrasi AI dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah di Indonesia memiliki potensi keuntungan yang signifikan seperti peningkatan kemampuan berbicara, dukungan asisten pengajaran, dan motivasi belajar yang tinggi melalui pendekatan interaktif. Namun, di sisi lain, tantangan yang timbul dari ketidakmerataan kompetensi guru, keterbatasan infrastruktur, dan risiko dampak negatif terhadap perkembangan kognitif serta sosial siswa tidak bisa diabaikan.

Negara-negara maju telah menunjukkan bahwa adopsi AI harus disertai dengan pelatihan intensif, peningkatan fasilitas, dan adaptasi metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Oleh karena itu, saran yang dapat diberikan adalah bukan hanya integrasi AI dilakukan secara bertahap dan disertai dengan program peningkatan kapasitas guru serta perbaikan infrastruktur seperti minimalnya akses internet yang memadai namun yang sangat pentting adalah aturan atau bagaimana cara main dalam penggunaan AI ini di kelas.

Hal ini bertujuan agar AI tidak menjadi pisau bermata dua yang bukan malah membantu meningkatkan kualitas pembelajaran, namun malah menurunkan kualitas pembelajaran untuk siswa dan guru karena dampak dari ketergantungan tersebut. Dengan langkah ini, manfaat dari AI dapat dimaksimalkan secara optimal sehingga pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia dapat bersaing di era global yang semakin menuntut inovasi dan kualitas pendidikan yang tinggi. [ ]