BERITAUNGGULAN.COM, Makkah – Kami ingin berbagi kebahagiaan. Pada Haji 2024, kami bertiga berkesempatan menunaikan rukun Islam kelima sebagai jemaah haji mandiri, tanpa melalui Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU). Saya berangkat bersama istri, Ala’i Nadjib, dan ibu mertua, Umi Thohitoh Muhammadun. Keputusan untuk berhaji secara mandiri diambil agar kami dapat lebih fokus pada ibadah tanpa “repot” mengurus hal-hal teknis.
Kami harus menunggu selama 12 tahun sebelum akhirnya bisa berangkat tahun ini. Penantian panjang yang penuh kerinduan untuk memenuhi panggilan Allah SWT, yang tentunya dirasakan juga oleh jutaan calon jemaah lainnya.
Kami tiba di Makkah pada 1 Juni 2024 atau 24 Zulkaidah 1445 H dan menempati hotel di kawasan Syisyah. Setelah menyelesaikan umrah wajib, kami menanti proses puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Sesuai jadwal dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), kami berangkat ke Arafah pada 8 Zulhijjah. Keesokan harinya, kami menjalani Wukuf di Arafah, lalu mabit di Muzdalifah, dan melanjutkan mabit di Mina untuk melontar jumrah di Jamarat. Kami mengikuti Nafar Tsani, menyelesaikan seluruh rangkaian puncak haji hingga 13 Zulhijjah 1445 H, lalu kembali ke hotel di Raudhah – Makkah.
Alhamdulillah, kami menyelesaikan proses puncak haji dengan baik berkat layanan dari petugas haji di bawah komando Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Kami membawa kursi roda sendiri dari Indonesia untuk ibu mertua sesuai ketentuan, dan berbagi peran antara saya dan istri. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendoakan dan mendukung kami, baik personal maupun institusional. Kami hanya bisa mengucapkan Jazakumullah khairan katsiran, semoga kami menjadi haji yang mabrur.
Kami kebetulan satu rombongan dengan jemaah KBIHU. Di lapangan, kami menyesuaikan diri dengan kondisi, memilih mana yang bisa dikerjakan mandiri dan mana yang harus dilakukan bersama rombongan. Komunikasi dan koordinasi serta saling pengertian menjadi kunci. Seperti saat di Mina, kami memisahkan diri dari rombongan untuk melempar jumrah ula, wustha, dan aqabah. Pengalaman ini justru memudahkan ibadah kami.
Kebijakan murur dan tanazul sangat kami rasakan manfaatnya. Struktur kecil dalam kloter kami, dari ketua kloter hingga ketua regu, membantu dalam fasilitasi dan layanan jemaah sehingga aman dan terkendali. Sedikit bercanda dengan teman-teman, misalnya, jika tidak mau antre saat di toilet, ya lebih baik di rumah saja.
Oleh karena itu, jika masih ada yang mengeluh tentang layanan atau fasilitas, mungkin mereka belum siap berbagi dengan sesama jemaah. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tahun Haji 2024 ini jauh lebih tertib, sistematis, dan terkendali. Jika ada masalah, tidak sepenuhnya disebabkan oleh layanan atau fasilitasi pemerintah Indonesia, karena proses puncak haji di Armuzna melibatkan pihak lain, termasuk pemerintah Arab Saudi dan jemaah itu sendiri yang perlu edukasi. Perlu perbaikan tentu saja, namun kebijakan inovatif Pemerintah Indonesia tahun ini sudah luar biasa, hasil dari evaluasi dan pembelajaran dari tahun sebelumnya.
Sebagai jemaah haji mandiri, kami merasakan layanan dan fasilitas yang sangat baik, mulai dari transportasi dengan bus Shalawat, akomodasi di hotel, tenda, hingga toilet, serta konsumsi yang sangat layak. Terima kasih kepada Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atas segala kebijakan yang memastikan kenyamanan, keselamatan, dan kemaslahatan jemaah.