BERITAUNGGULAN.COM, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Menteri LHK) Siti Nurbaya meresmikan Persemaian Liang Anggang (PLA) di Kalimantan Selatan, Senin (14/10/2024), yang juga menandai peresmian empat persemaian skala besar lainnya: Persemaian Labuan Bajo (NTT), Mandalika (NTB), Likupang (Sulawesi Utara), dan Toba (Sumatera Utara). Acara ini digelar secara hybrid dan dihadiri oleh berbagai pejabat, termasuk Duta Besar Norwegia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rut Krüger Giverin, serta perwakilan pemerintah dan pihak swasta.
Dalam sambutannya, Menteri LHK Siti menyampaikan pentingnya keberhasilan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). “Bapak Presiden selalu menekankan bahwa penanaman pohon harus terukur, bukan hanya sekadar jumlah pohon yang ditanam, tetapi juga luas area yang berhasil dipulihkan,” ungkapnya. Ia menjelaskan bahwa perubahan pendekatan ini menjadi kunci dalam keberhasilan program rehabilitasi, terutama setelah pengalaman dari tahun 2015 hingga 2023.
Menteri Siti juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor, termasuk kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta melalui skema Public-Private Partnership (PPP). Persemaian Liang Anggang, misalnya, dibangun berkat kolaborasi antara Kementerian LHK, Kementerian PUPR, dan PT Adaro Energy Indonesia, yang bertanggung jawab atas konstruksi area produksi.
Persemaian ini dianggap sebagai langkah maju dalam memperkuat upaya restorasi lingkungan, khususnya melalui kombinasi metode pembibitan yang dikembangkan oleh pemerintah dan perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI). “Kita belajar dari perusahaan HTI untuk menggabungkan pembibitan skala besar dengan keragaman jenis tanaman,” tambah Menteri Siti.
Garibaldi Tohir, Direktur Utama PT Adaro, menyatakan rasa bangganya atas kerja sama ini. “Persemaian ini diharapkan dapat memberikan manfaat lingkungan sekaligus ekonomi bagi masyarakat sekitar,” ujarnya. Persemaian Liang Anggang memiliki luas total 14 hektar, dengan kapasitas produksi 10 juta bibit per tahun, mencakup berbagai jenis pohon kayu-kayuan, tanaman non-kayu, serta tanaman endemik dan estetika.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Roy Rizali Anwar, menyambut positif peresmian PLA ini. Menurutnya, persemaian tersebut sejalan dengan Gerakan Revolusi Hijau di Kalimantan Selatan yang bertujuan memulihkan lahan dan hutan serta mendukung target penurunan emisi nasional melalui program Indonesia FOLU Net Sink 2030.
Kolaborasi antar-pihak dalam pemulihan lingkungan terus didorong oleh pemerintah, terutama dalam meningkatkan tutupan hutan dan upaya reforestasi. Ini juga erat kaitannya dengan komitmen Indonesia dalam merespon isu global seperti keberlanjutan, keanekaragaman hayati, dan ekonomi sirkular, serta target pengurangan emisi melalui aksi mitigasi iklim.
Sebagai bagian dari upaya serius pemerintah dalam menghadapi dampak perubahan iklim, persemaian skala besar ini tidak hanya menyediakan bibit berkualitas untuk program RHL, tetapi juga memperkuat keterlibatan sektor swasta dalam mendukung aksi mitigasi perubahan iklim. Persemaian Liang Anggang merupakan salah satu dari delapan persemaian skala besar yang telah dibangun di seluruh Indonesia, dengan kapasitas produksi bibit mencapai 5 hingga 15 juta batang per tahun.
Sebagian pendanaan pembangunan PLA ini juga didukung oleh kerja sama Indonesia dengan Norwegia, melalui kemitraan yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan. Menteri Siti menegaskan bahwa proyek-proyek seperti ini akan terus berlanjut, terutama dalam konteks nexus antara iklim dan hutan. Hal ini melibatkan sistem distribusi bibit, monitoring penanaman, serta pengembangan dampak ekonomi bagi masyarakat melalui kredit karbon.
“Langkah ini merupakan wujud konkret dari komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi dan menjaga kelestarian lingkungan. Persemaian skala besar ini merupakan salah satu upaya penting dalam mencapai tujuan tersebut,” pungkas Menteri Siti.