BERITAUNGGULAN.COM, Boyolali (Kemenag) – Setelah menunggu puluhan tahun, Suparmin dan istrinya, Sariyem, akhirnya merasakan kelegaan luar biasa. Penantian panjang mereka berakhir dengan keberangkatan ke Tanah Suci tahun ini.
Pasangan lansia asal Kabupaten Sragen ini telah mengumpulkan uang sejak masa muda mereka. Suparmin memulai karirnya sebagai tukang tebang tebu selama lima tahun, tetapi penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Saat itu, untuk membeli gaplek (makanan dari ketela) saja sulit,” kenang Suparmin saat ditemui di Embarkasi Solo, Rabu pagi (5/6/2024).
Karena merasa hidupnya sangat sulit, Suparmin memutuskan untuk beralih profesi menjadi tukang ojek. Pendapatannya meningkat, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah ketiga anaknya.
Meskipun harus bekerja keras mengojek siang dan malam, beliau tetap optimis dapat mewujudkan cita-citanya untuk pergi ke Tanah Suci. Sedikit demi sedikit, ia menyisihkan penghasilannya dan menabung untuk biaya naik haji. “Sebagian penghasilan saya tabung untuk daftar naik haji bersama istri,” ujar Suparmin.
Dengan ketelatenan dan kesabaran, Suparmin berhasil membeli seekor sapi untuk beternak. Seiring berjalannya waktu, sapi yang dipelihara bertambah menjadi tiga ekor. Dari hasil penjualan tiga ekor sapi tersebut, Suparmin dan istrinya mendaftar haji pada tahun 2012. “Saat itu saya sangat senang, akhirnya bisa mewujudkan keinginan saya untuk daftar haji bersama istri,” ungkapnya.
Setelah mendaftar haji, rezeki Suparmin semakin lancar. Ia berhasil membeli kios di pasar dan bersama istrinya mulai berjualan di sana, mendapatkan penghasilan yang lumayan. Pada tahun 2023, meskipun sudah lanjut usia, Suparmin yang berusia 75 tahun dengan 11 cucu mendapat rezeki tambahan dan berangkat umrah bersama istrinya. “Setahun sebelum jadwal berangkat haji, ndelalah saya ada rezeki, dan saya pakai untuk umrah bersama istri,” ucapnya.
“Alhamdulillah tahun ini kami bisa berangkat menjalankan ibadah haji bersama istri ke Tanah Suci,” lanjut beliau dengan haru.
Perjalanan hidup beliau sebagai tukang ojek menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak. Meskipun harus memulai dari pekerjaan sebagai tukang ojek, hal itu tidak menghentikan tekadnya untuk mewujudkan impian beribadah haji.