BERITAUNGGULAN.COM, JAKARTA – Pada era globalisasi saat ini, tantangan terhadap integrasi nasional semakin meningkat. Sayangnya, tantangan di zaman modern ini juga berdampak pada rasa nasionalisme yang dimiliki para generasi muda Indonesia. Integrasi nasional dengan rasa nasionalisme memiliki keterkaitan yang erat. Rasa nasionalisme sangat diperlukan untuk mempertahankan integritas bangsa.
Inegritas nasional merupakan aspek penting dalam kehidupan bernegara dan berbangsa kita, Indonesia, sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki makna berbeda-beda namun tetap satu jua.
Menurut KBBI, integrasi merupakan pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat, sedangkan nasionalisme merupakan paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri atau kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.
Menurut salah satu ahli, Dr. Nazarudin Syamsudin, integrasi nasional merupakan proses pemersatuan suatu bangsa yang mencakup berbagai aspek-aspek kehidupan, yaitu aspek politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Dalam mempertahankan integritas nasional yang telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa, kata Dr Nazarudin, dibutuhkan semangat kebangsaan yang tinggi dari generasi muda Indonesia.
Sedangkan integritas nasional itu sendiri adalah fondasi penting bagi keberlangsungan dan kemajuan suatu negara. Ini mencakup rasa persatuan, identitas kolektif, dan komitmen untuk kepentingan bersama yang melampaui perbedaan individu atau kelompok.
Pentingnya nasionalisme di kalangan muda tidak hanya terletak pada rasa cinta tanah air, tetapi juga pada kesadaran akan tanggung jawab sebagai warga negara. Nasionalisme yang sehat mendorong kaum muda untuk berkontribusi aktif dalam pembangunan negara dan menjaga kedaulatan serta kehormatan bangsa.
Di era digital seperti saat ini, tantangan ini semakin kompleks karena arus informasi yang tidak terbendung dapat mengaburkan batas-batas identitas nasional. Oleh karenanya, pendidikan yang efektif atas penting integritas nasional semakin perlu digalakkan, sehingga diharapkan ter pupuklah rasa nasionalisme di kalangan anak muda.
Salah satu cara efektif untuk menanamkan rasa nasionalisme adalah melalui pendidikan formal dan non-formal. Kurikulum pendidikan harus dirancang sedemikian rupa untuk memasukkan pelajaran tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai kebangsaan.
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hadir untuk memberikan butir-butir dalam berwarganegara, seperti wawasan Nusantara, ketahanan nasional, hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara, dan tata cara berdemokrasi dalam lingkup negara Indonesia.
Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, Paskibra, dan organisasi pemuda lainnya juga berperan penting dalam membangun karakter dan memperkuat rasa kebangsaan. Pengalaman nyata dalam memahami dan menghargai keragaman serta bekerja sama dalam berbagai kegiatan sosial dapat menguatkan ikatan emosional terhadap bangsa.
Peran keluarga juga tidak kalah penting dalam membentuk integritas nasional di kalangan milenial ini. Keluarga, terutama ayah dan ibu, adalah lingkungan pertama tempat anak-anak belajar tentang nilai-nilai dasar dan identitas budaya.
Orang tua dapat menanamkan rasa cinta tanah air melalui berbagai cara, seperti mengenalkan anak pada lagu-lagu nasional, cerita-cerita rakyat, serta mengajak mereka mengunjungi situs-situs bersejarah, contohnya museum yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia.
Melalui interaksi sehari-hari yang penuh kasih dan penghargaan terhadap nilai-nilai kebangsaan, anak-anak akan tumbuh dengan kesadaran akan pentingnya menjaga kehormatan dan martabat bangsa.
Di era modern ini, media massa dan media sosial tak luput dari peredaran arus globalisasi. Media itu sendiri memiliki peran ganda dalam membangun dan menguatkan nasionalisme di kalangan muda.
Di satu sisi, media dapat menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan pesan-pesan positif tentang nasionalisme, seperti cerita-cerita inspiratif tentang pahlawan nasional dan tokoh-tokoh yang berjasa bagi negara.
Di sisi lain, media sosial juga bisa menjadi garda terdepan dalam pertempuran ideologi yang dapat memecah belah jika tidak digunakan dengan bijak.
Oleh karena itu, literasi digital dan kesadaran kritis perlu ditanamkan agar generasi muda mampu memilah informasi dan tetap berpegang pada nilai-nilai nasionalisme.
Empat komponen, yang telah disebutkan di atas, perlu terus diperkuat di negeri ini. Yaitu, pendidikan di sekolah, ekstrakurikluer kebangsaan seperti Pramuka, peran orang tua serta pengaruh positif media. Agar terbangun rasa nasionalisme di kalangan muda.
Ditulis oleh:
Jovan Federline Nyoman, M. Desto Habibi F., Ananda Wahyu Najma Saghira, Najla Atika, Aisyah Suci Ayudya (Mahasiswa SI Kedokteran UNAND – Kelompok 4 Kelas 44 FK 3 KWN)